Seorang anak dapat dikatakan kritis apabila anak tersebut memiliki kemampuan untuk menganalisis asumsi, menciptakan dan menggunakan kreatia secara objektif, memecahkan masalah, menghadapi berjuta tantangan dengan cara yang terorganisasi, merumuskan pertanyaan inovatif, merancang solusi yang orisinal, sampai mampu mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkan keputusan yang telah diambil.
Untuk menjadikan seorang anak yang kritis, kreatif, dan problem solver diperlukan suatu pembinaan. Pembinaan memiliki arti mengembangkan apa yang telah dimiliki oleh siswa menuju ke dalam suatu peningkatan kualitas diri. Pembinaan dapat dilaksanakan dengan suatu pendidikan. Namun ingatlah,,, tidak setiap pendidikan berpotensi menjadikan seorang anak yang kritis, kreatif dan problem solver. Lalu pendidikan yang seperti apa yang berpotensi menjadikan seorang anak yang kritis, kreatif, dan problem solver????
Pendidikan yang fleksible, tidak kaku, mampu menghargai perbedaan, menyenangkan itulah pendidikan yang berpotensi menjadikan seorang anak yang kritis, kreatif, dan problem solver. Pendidikan yang fleksible dan tidak kaku mengandung makna bahwa pendidikan bukanlah suatu pemaksaan kehendak dari seorang pendidik terhadap peserta didiknya. Pendidikan yang memaksa merupakan suatu kefatalan yang justru akan membunuh potensi anak untuk menjadi kritis, kreatif, dan problem solver. Karena dengan adanya pemaksaan, seorang anak tidak mempunyai kesempatan untuk mengemukakan apa yang menjadi pilihan mereka dan apa alasan sehingga mereka memilih.
Tugas seorang pendidik bukanlah untuk mengharuskan anak untuk melakukan apa yang diperintahkan pendidik. Namun, lebih pada memfasilitasi dan mendukung potensi yang ada dalam diri anak sampai akhirnya mereka mampu memanage diri menjadi individu yang berkualitas (kritis, kreatif, dan problem solver).
Kritis, kreatif dan problem solver merupakan komposisi yang sempurna yang harus dimiliki seorang anak untuk menjadi individu yang berkualitas. Seorang pendidik mempunyai kewajiban untuk menjembatani (memfasilitasi dan mendukung) supaya seorang anak mampu menjadi individu yang kritis, kreatif, dan probrem solver.
Sebagai suatu kesimpulan, anak bukanlah robot yang harus melakukan apa yang kita perintahkan, namun anak adalah BINTANG. Setiap bintang memunculkan pancaran sinar yang berbeda-beda, perbedaan itulah merupakan gambaran bahwa setiap anak memiliki pilihan. Dimana jika pendidik mampu menjembatani maka bintang itu akan memancarkan keindahan sinarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H