Mohon tunggu...
Minhadzul Abidin
Minhadzul Abidin Mohon Tunggu... -

Semoga Kita Benar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedaulatan Kemanusiaan itu Bernama Peduli Rohingya

5 Juni 2015   02:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:21 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


 Memuliakan Manusia Berarti Memuliakan Penciptanya

Merendahkan dan Menistakan Manusia

Berarti Merendahkan dan Menistakan Peciptanya

(Gus Dur) 

 

Mukaddimah
Humanisme Islam sejatinya menurut  Gus Dur Yakni nilai-nilai kemanusiaan yang berpijak dari nilai Islam. Setidaknya ada dua hal. Pertama, kemanusiaan yang ditetapkan oleh Allah (human dignity). Cara tuhan memuliakan manusia: 1) menjadikannya dalam bentuk yang paling sempurna, tidak terbatas fisik, namun juga psikis dan rohani; 2) mengangkat manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi untuk mewujudkan kesejahteraan bagi sesama.
Di abad ini sebagaimana kita ketahui di dunia ini telah digulirkan konsep HAM yang bernuansa humanis dan itu pun akan memperoleh ujian bagi manusia yang menyatakannya apakah mereka akan konsisten dengan apa yang mereka nyatakan sendiri atau malah memilih menjadi manusia yang munafik dengan apa yang mereka nyatakan sendiri (?) .. sebab konsep HAM oleh sebagian orang malah sering digunakan untuk melegitimasi hal hal yang buruk bahkan atas nama moral seperti hedonisme-pornografi, penghinaan terhadap nabi dlsb..
Bila ada yang mengusik perbuatan buruk mereka dengan percaya dirinya mereka berlindung di balik prinsip HAM, tetapi ketika ada kaum yang tertindas-teraniaya yang jelas-jelas sangat memerlukan pertolongan dunia internasional, maka konsep HAM itu oleh sebagian pihak sering disembunyikan di balik punggung, mungkin pura-pura tidak tahu. Padahal, permasalahan yang dihadapi sering kali menyangkut hal yang sangat mendasar karena menyangkut Hak Asasi Manusia untuk memperoleh kehidupan yang layak bahkan hak asasi untuk sekedar tetap dapat hidup
Dan salah satu bentuk ujian itu bagi kita semua saat ini adalah kehadiran pengungsi etnis Rohingya yang mayoritas beragama Islam, yang mengalami ketakadilan-diskriminasi serta berbagai bentuk intimidasi di negerinya. Dan kita patut bersyukur bahwasanya bangsa Indonesia pada umumnya bersikap baik terhadap mereka bila dibandingkan dengan pemerintah Australia misal yang sampai tega menolak kehadiran mereka, (entahlah kalau pengungsi yang datang adalah yang satu etnis dengan mereka.

Aksi Humanisme Universal
Atas dasar nlai-nilai kemanusian dan dorongan penuh keikhlasan itu yang tampak dari gerakan Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kupang bersama sejumlah organisasi turun ke jalan melakukan aksi penggalangan dana untuk tragedi kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya. Mereka mengadakan aksi kemanusiaan ini di sejumlah titik di kota Kupang.
Terlibat pada aksi ini Aliansi Nasional Aswaja (ANA) NTT dan DPW Gerakan Mahasiswa Satu Bangsa (Gemasaba) Nusa Tenggara Timur. Ketua Komisariat PMII Hasyim Asy’ari Kupang Zul Firlan hadir sebagai koordinator aksi. "Hasil penggalangan dana ini akan disalurkan melalui rekening peduli kemanusiaan yang di Aceh. Berapapun jumlahnya, akan dikirim ke penampungan imigran Rohingya di Aceh" Ujar zul firlan,  Sumbangan ini diharapkan lebih menyentuh bagi masyarakat di sana. senada dengan hal tersebut  Ketua Aliansi Nasional Aswaja ( 0ANA) NTT Umar Bayaksut  mengatakan, pihaknya tetap turun mengawal aksi di lapangan untuk membantu etnis Rohingya.“Perhatian kita kepada mereka yang di Aceh ini benar-benar semata kemanusian. Apapun alasan yang ada di NTT, maka kita tetap peduli dalam kondisi apapun demi kepentingan kemanusiaan,”. Lain halnya dengan orator aksi pada penggalangan dana tersebut Irfan yang biasa disapa Bonnie yang melihat aksi ini dalam perpektif lain, Irfan mengatakan " bahwa saatnyalah Mahasiswa bukan hanya beronani dalam beretorika momentum kepedulian harus dengan aksi nyata buka sekedar diskusi yang selalu melambungkan teori sehingga hasilnya pun nihil. 

 

Penutup

Tidakkah kau dengar jerit tangisnya? Tidakkah kau lihat nanar matanya? Tidakkah kau rasa perih hidupnya?  Dia tak ingin istana menyala  Mereka tak minta kemilau emas di raga  Hanya setitik cinta dari sang penguasa  Atau seteguk air di bejana Tak sanggupkah kita?

 

Fontein Kupang 2015, dzul@dulapah

*Diolah dari berbagai sumber

    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun