Mohon tunggu...
Janice Jap
Janice Jap Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dampak Industri Pariwisata Bahari terhadap Keseimbangan Ekosistem Kelautan

7 Mei 2018   15:13 Diperbarui: 25 Mei 2018   21:40 6601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: mongabay.co.id)

Tren pariwisata bahari saat ini tengah melanda seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Tren tersebut membawa pariwisata berkembang di kawasan pesisir hingga ke tengah lautan. Di Indonesia, pariwisata berkembang sangat pesat karena wilayah Nusantara terdiri dari kepulauan dan lautan yang luas.

Menurut data WWF yang dilansir dari laman mongabay.co.id  disebutkan bahwa potensi besar yang dimiliki Indonesia di sektor pariwisata bahari memang luar biasa besar. Pada data dari tahun 2015 wisata bahari di Indonesia mendominasi hingga 60 persen dari wisata pantai, dilanjutkan dengan wisata bentang laut seperti cruise dan yacht yang mencapai 25 persen, dan wisata bawah laut seperti snorkeling dan menyelam (diving) yang mencapai 15 persen (Asdhiana, 2015).

Wisata bahari seharusnya membentuk kesadaran tentang bagaimana menentukan sikap dalam melestarikan wilayah lautan dan pesisir untuk masa kini dan masa yang akan datang. Kegiatan pariwisata membutuhkan partisipasi dari wisatawan untuk mengembangkan konservasi lingkungan dan pemahaman mendalam tentang ekosistem laut dan pesisir.

Namun, minimnya pengetahuan pengelola dan wisatawan mengenai pentingnya ekosistem menyebabkan kegiatan pariwisata tersebut tidak memperhitungkan dampak terhadap ekosistem laut (Khrisnamurti, Utami, & Darmawan, 2016). Industri pariwisata Indonesia termasuk dalam 13 negara yang mengalami pertumbuhan industri pariwisata tercepat di dunia.

Pertumbuhan industri yang pesat ini memiliki resiko yang dapat mengancam kesetimbangan ekosistem lewat pembangunan infrastruktur, fasilitas, serta pemenuhan kebutuhan untuk pariwisata bahari (WWF, 2015). Aktivitas pariwisata juga memiliki dampak pada sumber daya air, udara, mineral dan masyarakat lokal yang berada di pinggir laut (WWF, 2015). Pada artikel ini akan dibahas beberapa contoh kasus praktek wisata bahari yang merusak ekosistem laut dan pendekatan-pendekatan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pada ekosistem laut.

Wisata bahari jadi ancaman bagi terumbu karang di Nusa Penida, Bali

Luh De Suriyani dalam Mongabay melaporkan sejumlah laporan dan foto-foto hasil pemantauan dari hasil kolaborasi  Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lingkungan, komunitas penyelam, dan pemerintah daerah selama bulan Juli 2017 yang menunjukkan intensitas kerusakan di area penambatan ponton kapal-kapal yang memuat turis dalam jumlah banyak di Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Klungkung, Bali.

Kawasan konservasi ini meliputi tiga kepulauan: Nusa Penida, Lembongan, dan Ceningan, namun skala kerusakan yang diamati paling parah ada di Mangrove Point. Kerusakan-kerusakan terbentuk salah satunya disebabkan oleh pemberat beton pengikat tali ponton yang bergeser dan terseret arus dan peletakan alat bantu wisata jalan di bawah air yang terbuat dari beton di atas hamparan karang.

Meresponi kerusakan-kerusakan ini, para wisatawan disarankan untuk lebih bijak dalam berwisata dengan cara menimbang dahulu apakah aktivitas wisata berpotensi untuk merusak lingkungan, untuk tidak menyentuh ikan dan makhluk laut, untuk tidak menginjak karang, untuk tidak memberi makan ikan, dan untuk meminimalisasikan interaksi dengan makhluk laut dengan menjaga jarak apabila ingin mengobservasi lebih dekat.

(sumber: mongabay.co.id)
(sumber: mongabay.co.id)
Wisata bahari jadi ancaman bagi terumbu karang di Labuan Bajo

Selain di Nusa Penida, Bali, kerusakan terumbu karang juga terjadi di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diakibatkan oleh transportasi laut atau kapal pengangkut wisatawan ke Kementerian Perhubungan RI.

Pemerhati lingkungan Gabriel Mahal dalam Republika.co.id menyatakan bahwa kapal yang hilir mudik di Labuan Bajo kerap sembarangan melakukan lego jangkar bahkan menabrak terumbu karang sehingga merusak terumbu karang yang ada. Markus Makmur dalam travel.kompas.com menambahkan salah satu penyebab terumbu karang di Manggarai Barat rusak dan berkurang disebabkan karena buang jangkar dari kapal-kapal ikan milik nelayan.

Sama seperti yang disebutkan sebelumnya, jika jangkar kapal tersangkut pada terumbu karang maka terumbu karang akan terangkat dan rusak. Sampah yang bersumber dari bawaan dari laut, dibuang oleh pengunjung, dan sampah warga lokal juga merusak lingkungan. Diperkirakan dalam sehari kawasan Taman Nasional Komodo dan di pesisir Labuan Bajo menghasilkan sampah sebanyak 13 ton per hari di mana 80% dari 13 ton tersebut adalah sampah plastik.

Sampah plastik berserakan di pinggir Pantai Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT, Rabu (30/8/2017); foto oleh Markus Makur (2017).
Sampah plastik berserakan di pinggir Pantai Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT, Rabu (30/8/2017); foto oleh Markus Makur (2017).
 

Selain sampah dan kapal, Markus Makmur juga menuturkan bahwa perikanan ilegal (illegal fishing) yang dilakukan dalam skala tradisional maupun skala industri menghancurkan lingkungan laut di Manggarai Barat. Dari hasil survei di pendaratan ikan Labuan Bajo, terdapat 700 bayi ikan hiu dijual dan ditemukan juga ikan pari manta yang dijual dalam dua bulan (Mei 2017-Juli 2017) oleh nelayan. Padahal ikan pari manta termasuk hewan dilindungi dan menjadi daya tarik utama wisatawan asing dan Nusantara.

Wisata bahari jadi ancaman bagi terumbu karang di Lombok Barat

Ekosistem terumbu karang merupakan komponen penting ekosistem laut yang berfungsi sebagai habitat bagi sejumlah hewan-hewan laut. Terumbu karang memiliki nilai ekologis sebagai habitat, tempat untuk mencari makan, serta tempat pemijahan bagi biota laut (Amalia, 2017). Terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh perubahan fisik dan kimia lingkungan yang disebabkan oleh perubahan alami ataupun perubahan yang disebabkan oleh kegiatan manusia.

Amalia Hapsari dalam artikelnya di Tribuners.com menyebutkan bahwa terumbu karang di kawasan Gili Terawangan Lombok kini mengalami kerusakan akibat peningkatan kegiatan wisata bahari bawah laut. Kerusakan terumbu karang itu terjadi karena adanya aktivitas pelayaran kapal wisatawan, penangkapan ikan karang dalam kegiatan wisata, serta kegiatan menyelam para wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam bawah laut.

Wisata yang seharusnya memperkaya pengetahuan manusia akan kekayaan ekosistem laut Indonesia justru menyebabkan kerusakan alam itu sendiri, oleh karena itu, diperlukan perencanaan program konservasi terumbu karang yang mengikutsertakan wisatawan dan penduduk lokal sebagai pelaku utama dalam memelihara ekosistem laut, terutama ekosistem terumbu karang.

Wisata bahari jadi ancaman bagi terumbu karang di Karimunjawa

Salah satu penelitian yang di lakukan di Kepulauan Karimunjawa yang merupakan salah satu obyek wisata bahari yang terkenal menyimpulkan bahwa ada beberapa dampak negatif dari wisata bahari yang menyebabkan perubahan zonasi yang diperuntukan sebagai zonasi pemanfaatan pariwisata (Limbong & Soetomo, 2013).

Perubahan fungsi zona tersebut mengancam kondisi lingkungan dan hal ini dapat dilihat dari banyaknya patahan terumbu karang di wilayah yang diteliti. Pengembangan akomodasi pariwisata mengakibatkan berkurangnya lahan terbuka karena menggunaan lahan tanaman bakau (mangrove), sehingga bertentangan dengan penataan ruang wilayah dan pesisir dan pulau pulau kecil (Limbong & Soetomo, 2013).

Dari kasus dan dampak-dampak yang disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kerusakan ekosistem pantai dan laut disebabkan terutama oleh beberapa hal berikut:

  • Perubahan zonasi yang diperuntukan sebagai zonasi pemanfaatan pariwisata mengakibatkan kondisi lingkungan menjadi terancam, hal ini dapat dilihat dari banyaknya patahan terumbu karang, dan berkurangnya lahan tanaman bakau.
  • Adanya wisatawan yang menginjak bahkan mengambil terumbu karang sebagai cindera mata ketika snorkeling sehingga mengancam keanekaragaman hayati terumbu karang
  • Kapal wisata pembawa turis yang bergerak dan melakukan lego jangkar sembarangan
  • Wisatawan yang kurang mengerti menyentuh, memberi makan, dan mengganggu ikan dan binatang-binatang laut lainnya
  • Pembangunan jalan di bawah air untuk wisatawan yang tidak menyesuaikan dengan terumbu karang yang sudah ada

Mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut.

Penelitian oleh Branchini et al. (2015) menyatakan bahwa kerusakan-kerusakan pada ekosistem pantai mengurangi kenikmatan rekreasi sehingga kerusakan pada ekosistem juga akan memperburuk performa bisnis pariwisata. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat dan perusahaan sebagai pemegang kepentingan dalam bisnis pariwisata bahari harus dilakukan secara bertanggungjawab dan didasari oleh sistem manajemen yang ramah lingkungan.

Hal ini dapat dilakukan melalui kerjasama sektor pemerintah, swasta, dan pendidikan dalam penyamaan persepsi dan pembentukan best practice pengelolaan ekosistem laut dan pantai. Melalui hal ini diharapkan akan terjadi sinergi antar sektor sehingga pemenuhan kebutuhan dapat dijalankan secara lestari dan usaha penanggulangan kerusakan dapat berjalan dengan efektif.

Penanggulangan kerusakan ekositem laut juga harus mengikutsertakan dan memberdayakan warga yang ada di daerah pesisir laut dalam usaha mempertahankan kelestarian ekosistem laut. Perlu adanya edukasi untuk meningkatkan kesadaran akan kegiatan-kegiatan yang memiliki dampak merusak pada ekosistem laut sehingga masyarakat lokal, terutama yang mata pencahariannya bergantung pada sumber daya alam laut, dan wisatawan yang berkunjung dapat berperan aktif dalam melestarikan lingkungan yang menjadi sumber penghidupan dan sumber rekreasi mereka.

Selain pemberdayaan warga, pemerintah juga harus memperkuat kebijakan mengenai peraturan sampah, peraturan mengenai wisata laut, pengembangan dan pembangunan wisata laut, serta transportasi laut dengan bantuan pemberian pengawas. Dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini, maka akan memperkuat pondasi dalam melindungi keberlanjutan ekosistem dan ekologi laut yang diakibatkan oleh aktivitas pariwisata.

Pada akhirnya semua kerjasama ini akan terwujud dengan komunikasi semua stakeholder, baik pemerintah (daerah maupun pusat), penduduk setempat dan pengelola, maupun masyarakat yang berperan sebagai penikmat wisata bahari tersebut. Keberlanjutan ini merupakan tanggung jawab semuanya, demi keberlangsungan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Daftar Pustaka

Asdhiana, I. (2015, November 06). WWF Ajak Wisatawan Ramah terhadap Satwa Laut. Retrieved May 07, 2018.

Branchini, S., Meschini, M., Covi, C., Piccinetti, C., Zaccanti, F., & Goffredo, S. (2015). Participating in a citizen science monitoring program: Implications for environmental education. PLoS ONE, 10(7), 1--14

Hapsari, Amalia. "Wisata Bahari Jadi Ancaman Bagi Terumbu Karang Di Lombok Barat." Tribunnews.com, Tribunnews, 19 Oct. 2017, 17:31,

Hermawan, B. (2017, August 14). Terumbu Karang Labuan Bajo Rusak Diduga Akibat Kapal Wisata. Retrieved May 07, 2018.

Khrisnamurti, K., Utami, H., & Darmawan, R. (2016). DAMPAK PARIWISATA TERHADAP LINGKUNGAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU. Kajian, 21(3), 257--273.

Kondisi Kerusakan Laut Bisa Diperbaiki. (2015, September 16). Retrieved May 7, 2018.

Limbong, F., & Soetomo, S. (2013). Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Lingkungan Taman Nasional Karimunjawa. Ruang, 2(1), 51-60.

Makur, M. (2017, September 09). Gara-gara Jangkar Kapal, Terumbu Karang di Manggarai Barat Rusak. Retrieved May 07, 2018.

Suriyani, L. D. (2017, September 07). Waspadai Aktivitas Wisata Ini yang Merusak Terumbu Karang di Bali. Apa Itu? Retrieved May 07, 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun