Siapa sih yang tidak kenal dengan Tere Liye ?  Penulis ulung yang  telah menghasilkan berpuluh-puluh karya yang fenomenal salah satunya serial Bumi. Di tahun 2024 ini , Tere liye kembali debut dengan novel terbarunya yang dibilang cukup kontras dan relate dengan peristiwa yang terjadi di tanah air.
      Novel tersebut berjudul " Teruslah Bodoh Jangan Pintar". Judul yang cukup kontriversial jika dicerna secara mentah-mentah. Namun kita akan menemukan makna sebenarnya dari judul tersebut setelah membaca isinya. Secara singkat novel ini menceritakan perlawanan aktivis lingkungan di meja hijau terhadap perusahaan tambang yang merugikan lingkungan.
      Pembaca akan dibawa mengalir  ke dalam alur cerita yang menegangkan, membuat kesal dan jengkel akan karakter yang ada disana. Bisa dipastikan sudut pandang pembaca terhadap pemerintah setelah membaca novel ini akan berubah terlebih dengan maraknya isu lingkungan yang lagi marak sekarang. Seperti korupsi tambang timah lalu polemik ekspor pasir laut. Lalu isu  lingkungan apa saja yang terdapat di dalam novel ini. Mari kita bahas :
- Pembiaran Lubang Bekas Tambang
      Tepatnya di bab-bab pertama, seorang saksi dihadirkan di peradilan tertutup antara aktivis lingkungan dengan pengacara perusahaan tambang. Saksi tersebut merupakan teman dari korban yang tenggelam di lubang bekas tambang. Ahmad sebagai saksi, melihat secara langsung bahwa Badrun tenggelam yang diduga karena kram kaki. Lantas karena galian tambang yang sangat dalam membuat pencarian korban sulit dilakukan.
      Membiarkan  lubang bekas tambang tanpa reklamasi jelas sangat membahayakn masyarakat sekitar. Hal ini lah yang sering kita temui di lapangan, dimana banyak pertambangan yang acuh terhadap keselamatan warga sekitar dengan membiarkan lubang yang terbuka. Belujm lagi jika lubang tersebut terisi air sehingga menjadi danau buatan. Jelas danau buatan ini berbahaya. Bekas-bekas tambang mengandung kandungan asam tinggi sisa dari pengolahan misal seperti Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Fe dan Mn.
      Jika zat kimia tersebut melebihi ambang batas maka akan menjadi racun bagi makhluk hidup sekitarnya. Bahkan bisa jadi tanaman disekitarnya menjadi tidak subur kembali. Jika pun tidak beracun, tetap bisa membahayakan sepertinya tenggelamnya Badrun, teman satu tim dengan Ahmad. Dengan kedalaman belasan meter saja sudah cukup berbahaya  bagi anak-anak untuk berenang disana.
- Pembuangan Limbah Tambang Tanpa Pengolahan
      Saksi berikutnya yang dihadirkan adalah Ibu Siti. Ia merupakan salah satu penduduk yang cukup menderita karena kehadiran tambang di pulaunya. Diceritakan bahwa pulau tempat tinggalnya terdapat kandungan emas. Tepatnya di gunung purba yang terletak di tengah pulau tersebut. Semenjak kehadiran tambang, kehidupan di pulau tersebut berubah.
      Salah satu yang paling dirasakan adalah limbah tambang yang dibuang begitu saja tanpa diolah. Limbah itu dibuang ke sungai-sungai dan mengarah kelaut. Akibatnya para penduduk terkontaminasi merkuri hasil limpasan limbah tambang emas. Yang paling parah lagi dalam jangka panjang terdapat penduduk yang melahirkan bayi cacat akibat keracunan dalam waktu lama Â
      Memang  Air penambangan secara langsung menyebabkan pencemaran air. Limbah ini dihasilkan dari pencucian atau pemurnian bahan tambang. Limbah pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi keruh, asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai. Tak hanya limbah emas, limbah tambang lain seperti batubara misalnya setelah diteliti mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (b), merkuri (Hg), asam slarida (HCn), mangan (Mn), asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb). Hg dan Pb merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit.
- Deforestasi Lahan
      Deforestasi adalah berkurangnya lahan tutupan hijau sepeti hutan, kebun, sawah menjadi lahan lain. Kasus ini terjadi pada  tokoh yang bernama Rudi dan Budi. Dua bersaudara yang mempunyai sawah peninggalan ayahnya. Mereka mengalami konflik sesama sauadara. Yang satu ingin tetap mempertahankan tanahnya dari perusahaan tambang sedangkan saudara lainnya ingin menjual tanah bapaknya.
      Pada akhirnya penduduk terbujuk untuk menjual tanahnya pada pemerintah. Akibatnya mereka tidak punya garapan sawah dan tidak punya pekerjaan. Selain itu kampung mereka menjadi gersang karena banyak hutan yang ditebang menjadi pertambangan.
      Di dunia nyata, penambangan dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
- Perusakan Habitat
      Salah satu saksi yang diundang dalam peradilan adalah ahli ornitologi, ilmuwan yang berkecimpungan di dunia burung. Beliau menjelaskan bahwa  pertambangan menyebabkan rusaknya habitat burung endemik. Akibatnya burung-burung tersebut berpindah ke lokasi lain seperti pemukiman penduduk. burung tersebut tentunya akan mengalami kesusahan dalam beradaptasi di lingkungan baru sehingga terjadilah penurunan populasi .
      Tentunya perusakan habitat ini sering kita temui di kehidupan nyata dan mengancam keberlangsungan satwa endemik disana. Banyak hewan yang tersasar ke pemukiman warga seperti macan, orang utan bahkan gajah. Itu semua dikarenakan habitat mereka yang diambil paksa oleh manusia terutama perusahaan tambang.
- Potensi Bencana Geologis
      Tak hanya ahli ornitologis. Ahli geologipun dihadirkan oleh aktivis lingkungan di meja peradilan tersebut. Ia menjelaskan bahwa letak pertambangan berpotensi menimbulkan bencana longsor dan juga berkurangnya sumber air tanah.
      Sungguh benar dengan yang diucapkan saksi ahli geologi tersebut. banyak di antara kita, perusahana tambang yang meremehkan dampak lingkungan yang terjadi dan mengenyampingkan AMDAL yang telah dibuat. Akibatnya terjadilah bencana alam yang tidak terduga dan menyengsarakan masyarakat sekitar misalnya longsor, kekeringan, banjir, gas bumi yang bocor seperti kasus lumpur lapindo dan masih banyak lagi.
      Demikianlah isu lingkungan dalam novel "Teruslah Bodoh Jangan Pintar". Novel yang akan membuka mata dengan isu-isu yang krusial dan sedang hangat diperbincangkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H