Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menapaki Dua Coban dalam Sehari di Lumajang

26 Desember 2023   21:49 Diperbarui: 26 Desember 2023   21:54 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan air terjun kapas biru yang tak kalah menarik. (sumber: dok. pribadi)

Kami harus menuruni jalanan yang sangat curam dimana jarak antar undakan ke undakan lebih dari 40 cm. bahkan ada sudut dimana kami harus menuruni tangga vertikal seperti tukang bangunan. Disitulah adrenalin terpacu. Jalan semakin curam ke bawah. harus berpegangan pada pipa yang disediakan dan pepohonan yang membatasi jalan dan bibir tebing. 

Kakiku sampai tremor menahan beban badanku. Beginilah kalau jarang mendaki ujarku. Beda halnya denga Abil yang sudah terlatih, dia biasa saja tanpa harus nyeri di kaki. Akhirnya palan tapi pasti aku paksakan kakiku untuk melangkah.

Dengan ter-aduh-aduh, aku tetap menyusuri rute menuju air terjun. Kaki tidak bisa diajak cepat karena efek tremor tadi. Jalan tak berhenti saat menemui sungai besar yang menjadi jalur utama lahar gunung semeru. 

Kami harus menyusuri jalan setapak dan naik sedikit menyusuri kebun kopi milik warga. Sekamir 30-40 menit kami menyusuri jalan dan bertemu dengan jembatan yang dibawahnya mengalir air jernih dengan deras. Terdengar di ujung sana bunyi deburan air yang keras. Aku menyerngitkan dahi, rupanya itu air terjun yang kami cari.

Perlahan-lahan air terjun semakin terlihat jelas dari balik pepohonan. Makin dekat makin banyak pengunjung yang hadir, juga ada yang sedang nge-camp disana. Dan boom, air terjun kapas biru ada di depan mata. Abil nampak bahagia, penasarannya sudah tertutupi. Enggak sia-sia kesini ujarnya. Benar-benar ciptaan Tuhan yang sangat mengagumkan.

Sebuah air terjun tunggal yang sangat tinggi. Kurang lebih tingginya sekitar lima puluh meter. Tebingnya berwarna merah dengan vegetasi yang lebat di atasnya. 

Air terjun keluar dari sebuah ceruk tebing yang sempit lalu jatuh menghempas segala yang ada di bawahnya dan menerpa bebatuan berbagai ukuran. 

Terpaan airnya menjadi tetesan yang menghajar pengunjung saat di dekatnya. Tepat di sekamir air terjun, banyak tanaman merambat yang menghiasi sekamirnya. Bebatuan besar bertumpuk. Dan ada satu yang paling dekat dengan air terjun dan dijadikan sebagai spot foto.

Tentunya, aku meminta beristirahat di gubuk yang di sediakan disana. Aku perhatikan rupanya lokasi ini tak kalah ramai dengan tumpak sewu, bahkan ada yang dari luar negri juga misalnya rombongan dari malaysia. Mereka nampak asyik bermain air dan berfoto.

Kamipun tak mau kalah. Secara bergantian, kami berfoto dengan menggunakan kamera maupun HP masing-masing. Sebuah pengalaman yang menarik dan sangat wajib untuk diceritakan dan dikenang.

Tapi sekedar saran jangan berkunjung saat hujan karena trek dijamin sangat licin belum lagi debit air bisa naik sewaktu-waktu dan loket karcis tutup saat pukul 15.00. kecuali yang hendak ingin berkemah disana. Sekian cerita dari kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun