Sebelum keluar, Abil sempat mengajak untuk minum air kelapa bersama-sama dan makan gorengan. Menurutku harganya tidak terlalu mahal dan cukup standar. Penjaganya yakni seorang kakek yang ramah. Dia sempat menuturkan perihal Gunung Semeru yang dekat dari tempat ini.Â
Kami ini berada di kaki Gunung Semeru. Gunung yang sangat fluktuatif sepulau jawa klaimnya. Memang benar apa kata beliau, padahal baru saja kami melihat erupsinya saat kami sedang menuju kesini dimana langit masih sangat cerah lalu timbul awan jamur dari puncak semeru dario kejauhan. Sempat kaget namun untungnya jarak kami masih aman.
Kakek itu juga menceritakan tatkala sedang ada lahar dingin dari gunung semeru.. tumpak sewu seketika berubah menjadi tempat yang mengerikan.Â
Pancuran abu vulkanik meluncur ke bawa air terjun secara deras dan brutal sampai-sampai angin dan debunya bisa mengotori poin panorama yang dibuat orang foto-foto. Bahkan getarannya dari lahar dingin sampai ia rasakan.
Dalam penglihatannya sungai itu bagaikan bebatuan yang bergerak bukan lagi air. Makanya banyak jembatan yang hancur di terjang oleh ganasnya lahar dingin. Yang anehnya menurutnya.Â
Sisa jembatan yang terbawa arus lahar dingin itu hilang tanpa  bersisa sama sekali. bekas jembatan yang terdiri dari struktur beton bertulang dengan bajanya itu raib disapu bersih oleh lahar dingin.Â
Sisa-sisa bangunan tersebut juga tidak ditemukan di bawah air terjun tumpak sewu. Lalu yang menjadi pertanyaannya kakek. Kemana perginya jembatan itu?. kami fokus mendengarkan.
Setelah cukup menikmati air kelapa sembari mendengar cerita si kakek. kami bergegas keluar dan berniat melanjutkan destinasi. Abil yang belum makan sedari pagi kubujuk untuk makan terlebih dahulu.Â
Akhirnya kami makan dengan pecel ditambah telur sejumlah 12 ribu perporsi. Kamipun melanjutkan perjalanan ke air terjun selanjutnya yaitu kapas biru yang membuat abil penasaran.
Jalan menuju pos parkiran nampak sepi di pedesaan. Kami parkir di tempat yang disediakan dan langsung membayar karcis masuk dan uang parkir sebanyak 25 ribu (10 ribu/orang dan 5 ribu untuk parkir). Motor diparkir, dan kami berjalan kaki menuju lokasi air terjun.
Awalnya jalan masih disemen namun berlumut dan kesannya agak terbengkalai. Kemudian jalan makin menurun dengan pijakan tangga yang makin tinggi. Hingga akhirnya jalan tinggal undakan tanah yang dibatasi pipa besi untuk pegangan.