Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Suatu Kisah di Pantai Utara Jawa

13 Agustus 2022   15:16 Diperbarui: 13 Agustus 2022   15:29 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mbah disini aja, hujannya sebentar lagi berhenti kok!" sahutnya. "Ayo mbah ikut, hujannya masih lama ini. Sebentar lagi rumah jenengan bakal tenggelam" Bujuk Pak Sarmin sang ketua tim.

Melihat gelagat Mbah Darsih yang enggan. Pak Sarmin mau tak mau berbohong dan membisikkan.  " Mbah, anak sama cucu jenengan sudah menunggu di pengungsian, gak sabar pengen ketemu katanya". Bujukannya pun berhasil, Mbah Darsih berhasil di bawa ke pengungsian.

Hujan baru reda saat malam hari, dan benar seperti apa yang disampaikan berita nasional bahwa badai benar-benar terjadi. Zainuddin yang berada di surabaya merasa tak enak badan seakan-akan ada sinyal yang memanggilnya untuk pulang. Apalagi setelah melihat berita dimana kampungnya sudah tenggelam oleh air pasang dan banjir kiriman dari hulu. Segera dia memesan tiket kereta tujuan semarang. Ia berangkat saat magrib dan tiba sekitar jam 3 pagi. Langsung saja ia berangkat ke kampung halamannya menggunakan mobil grab. Perlu waktu satu jam untuk sampai di rumahnya.

Di tenda, Mbah Darsih merasa dibohongi. Ia tidak mau makan, padahal badannya kedingingan. Menggigil dari malam tadi. Ia hanya menyelimuti dirinya dengan kain kembennya. "Anakku mana?" Tanya Mbah. Pak Sarmin sebenarnya sudah menghubungi Zainuddin, dan ternyata saat dihubungi dia sedang di kereta.

"Sebentar lagi Mbah" Jawab Pak Sarmin menenangkan. " Ayok makan dulu, ini ada nasi mbah". Bujuknya lagi. Mbah Darsih tetap tidak mau makan sedangkan kondisinya makin mengkhawatirkan.

Sekitar pukul lima atau sehabis subuh. Zainuddin datang ke pengungsian, segera ia mencari ibunya itu di kerumunan warga. Ia mendapatkan ibunya berbaring di pojok pengungsian.

            "Mak, ini Zainuddin anak emak!"

            "Owh, Anakku semata wayang, cucunya dibawa ndak?"

            "Aku sendiri kesini Mak, Syifa dan Dani besok sekolah jadi gak bisa diajak" Jawab Zainuddin .

            Ia memegang kaki Ibunya, sangat dingin. "Emak sudah makan? Ini Zainuddin bawa bubur kesukaan mamak".

"Enggak usah nak, Emak udah kenyang" Jawabnya sambil tersenyum. Beliau nampak bahagia melihat anak satu-satunya yang dibanggakan. "Emak mau makan apa? Sini aku belikan ya mak?" tatap Zainuddin penuh harap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun