Sambil menunggu kedua motor menyusuri jalanan ekstrim di depan. Aku jalan berdua dengan Ridho. Malam ini begitu mencekam pikirku, bisa-bisanya aku menuruti omongan pemuda tadi tapi aku lihat-lihat lagi google map rute memang seperti itu. Kami berdua dibelakang mencoba berpikir positif. Tak ingin menoleh terlalu jauh, hanya fokus kedepan sembari menyenter. Buliran sholawat terus keluar dari mulutku.
Akhirnya kami menemukan pertigaan dan jalan tak separah tadi. Aku pun mulai kembali naik motor. Dengan kehati-hatian kami terus menyusuri jalan di depan. Jika lengah sedikit saja, motor bisa tergelincir ke persawahan atau mungkin jurang. Kadang terdapat jalanan yang mengecoh yang bukannya jalan utama justru jalan ke kebun yang menjorok curam.Â
Pelan tapi pasti aku terus meyakinkan kalau kita akan sampai. "10 menit lagi raf!, udah deket kok " aku coba menenangkan. Akhirnya dugaan kami benar.Â
Kami keluar jalanan gila itu dan mulai masuk jalanan aspal yang dipenuhi mobil jeep yang berjejer masuk. Kami berhenti sejenak minum dan bersyukur bisa sampai di titik pos dingklik.
Pukul 04.30 waktu subuh. Jalanan sangat penuh oleh wisatawan. Tujuan kami adalah titik pananjakan yang berada paling atas. Awas dan hat-hati. Motor trail kami melewati deretan jeep juga manusia-manusia berjaket tebal. Cukup menyusahkan memang.Â
Titik pertama adalah Bukit Cinta yang sudah penuh dengan pengunjung. Lalu menanjak lagi melewati titik kedua yaitu bukit kingkong atau bukitÂ
Kadaluh yang juga ramai oleh jeep yang silih berganti parkir. Tanjak terus kian tinggi, sampailah kita di titik tertinggi yaitu pananjakan 1 walaupun sempat dihalangi oleh pejalan kaki yang tak tau aturan.
Cuaca sangat berkabut dan gerimis. Kami segera masuk warung kopi untuk berteduh. Gorengan  hangat diserbu wisatawan yang datang. Ada yang seduh minuman ataupun mie. Berhubung sudah shubuh, aku berniat sholat. Sesuai dugaan, aku berwudhu dengan air kulkas. Dua detik sudah membuat tanganku memerah. Karenanya aku tak bisa berlama-lama, cukup mengusap anggota wajib. Saat sholat akupun tak melepas kaos kaki karena kedinginan.
Untuk menghemat, aku membawa serenceng kopi. Rencananya aku ingin seduh sendiri tapi termos yang kubawa airnya dingin. Mau tak mau aku minta diseduh ke penjaga warungnya. Sekaligus beli pop mie untuk mengganjal perut.
Pukul 06.00 cuaca masih tak bersahabat sedangkan matahari sudah setinggi galah. Kami keluar warung dan mulai ke point view. Aku berdecak kagum bromo sudah di depan mata.Â