Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Walau Susah Jangan Menyerah

5 Desember 2020   16:03 Diperbarui: 5 Desember 2020   16:13 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Mamak begitulah kami menyebutnya. Beliau adalah sosok yang sangat dicintai dan menjadi permata bagi kami.

            Mamak berasal dari kota kecil Probolinggo Jawa Timur. Tumbuh dan berkembang di era orde baru pasca tumbangnya kekuasaaan Presiden Soekarno.  Mamak terlahir dari keluarga yang kurang mampu dan kurang harmonis. Sejak kecil beliau sudah berjualan membantu orangtuanya untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

            Pernah suatu kejadian tatkala Mamak sedang berjualan gorengan di pelabuhan bersama adiknya. Ada sekelompok anak buah kapal yang rencananya ingin memborong dagangan mereka. Satu persatu makanan kecil itu dilahap habis oleh orang-orang tersebut dan mereka hanya bicara " Nanti dibayar" . Tapi sampai gorengan terakhir habis nampaknya mereka tak membayar sepeserpun dan pergi begitu saja. Sontak Mamak dan adiknya pulang ke rumah dengan tangan kosong tanpa membawa uang. Alhasil mereka pun kena marah karena tak dapat keuntungan.

            Mamak bukanlah orang yang berpendidikan tinggi. Beliau hanya mengenyam pendidikan hanya sampai bangku SD. Setelah itu beliau langsung bekerja. Di usianya yang sangat belia kira kira 13 tahun, beliau harus mencari penghasilan mandiri untuk adik-adiknya di rumah. Hampir-hampir tak ada waktu main baginya selain bekerja . Masa remajanya diisi dengan pekerjaan seperti menjahit dan  menjadi penjaga toko kelontong milik orang cina. Itu semua beliau lakukan demi berbakti pada orangtuanya.

            Memasuki usia delapan belas tahun, Mamak dipinang oleh seorang lelaki perantauan  asal Minang yakni Bapak Kami. Seketika Mbah atau bapaknya Mamak langsung menyetujui lamaran Bapak. Akhirnya Mamak dan Bapak menikah. Bahtera rumah tangga pun berlanjut, tapi tak semudah yang dibayangkan. Mamak yang berasal dari suku Jawa terkadang suka mendapat perlakuan dan omongan yang tidak baik dari pihak Bapak yang berasal dari suku Minang. Tapi sekali lagi Mamak tetap tegar dan tabah menjalani itu semua.

            Mamak selama hidupnya dikaruniai dengan delapan anak. Banyak lika-liku dan kegetiran hidup yang dialaminya. Dari mulai tempat tinggal yang selalu berpindah-pindah karena himpitan ekonomi sampai masalah rumah tangga yang sering menerpa. Bapak memiliki tipikal keras seperti orang sumatera kebanyakan dan kerapkali  kurang cocok dengan tipikal Mamak yang lemah lembut. Seringkali Mamak merasa sakit hati dan tidak nyaman dengan Bapak. Alih-alih berseteru, Mamak lebih memilih bertahan dan sabar demi kemaslahatan masa depan anaknya.

            Mamak bukanlah seorang akademis pendidikan tapi hal yang sangat diutamakan bagi Mamak untuk anak-anaknya adalah pendidikan.  Bagaimana pun anak-anaknya harus berpendidikan, karena pendidikan itu bisa menaikkan derajat seseorang disisi Allah SWT. Mamak juga bukan tamatan pesantren atau semacamnya tapi ia mendorong anak-anaknya untuk masuk pesantren. Agar bisa mendapat ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak.

            Meskipun mamak orang yang awam tapi semangatnya untuk pendidikan anak-anaknya tidak pernah pudar. Beliau selalu mendoakan yang terbaik anak-anaknya di malam  hari dan juga sering berpuasa. Tentu itu termasuk bentuk tirakat bagi anak-anaknya di masa depan nanti.

            Alhamdulillah berkat doa dan motivasi Mamak, Beberapa anaknya bisa menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi sekalipun itu dengan beasiswa Bidikmisi. Sebagian lagi menjadi sudah menjadi Guru dan ada juga yang menjadi pengusaha kecil. Mamak pernah berkata :

            " Cukup hidup mamak yang susah, kalian ndak boleh susah!, kejar impian setinggi mungkin, jadi orang yang manfaat buat sekitar. Ingat walaupun hidup susah tapi jangan menyerah". Begitulah nasehat yang selalu kami ingat dan dipraktekan dalam hidup masing-masing.

            Dan kini meskipun Mamak hanya seorang pedagang sayur keliling tapi anak-anaknya tak kan luput dari pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun