Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mendengar Pahitnya Perjuangan dari Sang Kakak

3 November 2020   16:29 Diperbarui: 4 November 2020   15:35 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret Sang Kakak saat Wisuda (doc.pri)

Kakakku sekarang adalah seorang guru di Yayasan Al-Ma'arif Badung Bali. Namanya adalah Maryanah Koto, Ia sering dipanggil Imar yang merupakan sapaannya sejak kecil. Ia adalah kakak tertuaku dari delapan bersaudara. Anak perempuan yang menanggung beban sebagai anak pertama. Kak Imar punya perhatian terhadap adik-adiknya terlebih dalam masalah pendidikan. Ia berkeyakinan jika pendidikan bisa merubah seseorang.

Keluargaku termasuk keluarga yang sangat sederhana, Bapak dan Mamak hanyalah pedagang sayur seadanya dan penghasilannya tidak menentu.  Tapi puji syukur Alhamdulillah, anak-anaknya masih sempat menimba ilmu sekalipun dipondok yang bayarannya tak begitu mahal.

Kala itu tak ada dikeluarga besarku yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena kebanyakan mereka melanjutkan hidupnya dengan bekerja ataupun berdagang. Tapi Kak Imar punya hasrat yang kuat, ia berani keluar dari kebiasaan atau bisa disebut antimainstream. Kak Imar ingin membawa kemanfaatan bagi orang lain. Oleh karena itu, ia ingin kuliah dan menjadi guru pada suatu saat nanti.

Tak ada jalan yang mulus dan tak berbatu, begitulah perumpamaan yang tepat baginya. Selama masa-masa kuliah, ia tak pernah merasakan kenyamanan dan selalu saja diliputi masalah begitu tuturan kisahnya. Ia menyadari bahwa kuliah adalah bukan sekedar belajar dan harus ada biaya untuk itu sedangkan ia tau bahwa orangtua tak akan mampu membayar sepenuhnya jika ia tidak berusaha.

Dengan kata lain, Kak imar mencari penghasilan untuk biaya kuliahnya dengan mengajar. Ya! Mengajar di salah satu TPQ yang dekat dengan rumahnya. Kuliah sambil mengajar, dua hal itu yang ia tekuni selama kuliah dan tak lebih. Ia pernah berkata bahwa pada saat kuliahnya dulu, ia tak pernah berorganisasi. Bukan karena enggan, melainkan karena tak adanya waktu di kampus.

"Kakak tak pernah merasakan hidup nyaman saat kuliah" Begitu ujarnya lagi. Ia tinggal bersama sanak saudara yang berbaik hati memberi tumpangan. Segala tanggungjawab dan hak harus ia penuhi selaku orang yang menumpang dirumah orang orang. Sehingga apapun perintah dari sang tuan rumah, maka harus ia turuti dan taati.

Bila melihat temannya atau orang lain yang berkecukupan secara finansial, hatinya merasa rusuh. Bagai ada gejolak didalam dadanya. Apapun yang mereka inginkan, pasti segera tekabul karena sudah pasti orang tua mereka mampu dan itu tidak dialami oleh Kak Imar. Ia harus menafkahi dirinya sendiri untuk membayar kuliah. Mengajarlah pilihannya dan terkadang ia juga memberi kursus pada anak-anaknya. Itu semua demi menebus uang kuliah .

Nasib memang tak mujur, sebagai orang yang menumpang, Kak Imar harus selalu taat pada yang ditumpang. Pernah suatu hari Kakak sedang melaksanakan Ujian Akhir Semester tapi sebab disuruh menjaga toko, menjaga hati orang yang ditumpang serta amanah yang diberikan maka  ujiannya  Ia lepas. Akibatnya, Ia mesti mengulang disemester berikutnya.

Sedih dan pilu, ia rasakan beriringan dimasa-masa kuliah. Kakak tetap berjuang meskipun orangtua kadang tak kuasa menafkahinya. Ia tetap berusaha untuk tidak meminta pada mereka lantaran tak tega dengan kondisi orangtua yang juga susah.

Mamak beliaulah generator motivasi bagi anak-anaknya untuk terus sekolah (doc.pri)
Mamak beliaulah generator motivasi bagi anak-anaknya untuk terus sekolah (doc.pri)

"Aku mesti lulus" Ucapnya. Ia selalu meyakinkan dirinya kalau semua ujian ini akan berhasil ia lalui. Seperti ucapan mamak yang selalu muncul diingatannya.

                "Walau susah jangan menyerah!, Kalau menyerah mau jadi apa?"

Pada akhirnya Sang Kakak berpesan padaku yang masih menempuh kuliah dengan penuh kalimat sarat makna dan mata yang berapi-api.

"Bersyukur dan jangan sia-siakan waktu dan berterimakasihlah pada orang yang selalu mensupportmu"  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun