Mohon tunggu...
Iman Kurniawan
Iman Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger & Jurnalis Warga

Pernah menjadi jurnalis di Surat Kabar Harian Radar Pat Petulai (FIN Group) di Kabupaten Rejang Lebong dari tahun 2010 sampai media tersebut resmi tutup pada tahun 2018. Saat ini mengais rezeki sebagai freelance writer dan blogger.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menunggu Aplikasi Sekolah Online Terobosan Pak Nadiem

2 Agustus 2020   13:46 Diperbarui: 2 Agustus 2020   13:52 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk santai menikmati kopi curup hangat, sembari membuka beranda media sosial di facebook. Ternyata banyak sekali keluhan orang tua mengenai sekolah online -- belajar di rumah. Mereka bingung, karena tidak memahami bidang mata pelajaran anak. Ada pula yang mengeluhkan persoalan ekonomi, karena harus membeli kuota internet dan lainnya.

Covid-19 benar-benar bikin repot. Bukan hanya perekonomian, tapi juga dunia pendidikan. Semestinya inilah saatnya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membuat terobosan, membuktikan kemampuannya di tengah keraguan banyak orang tentang dirinya. Ya, seperti harapan Presiden Jokowi di awal-awal pelantikannya dulu.

Bukankah salah satu alasan Presiden Jokowi memilih Nadiem Makarim menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan karena kemampuan pendiri Gojek itu di bidang teknologi, khususnya teknologi aplikasi berbasis online. Nadiem dianggap sosok yang memiliki pemikiran meloncat ke masa depan. Sehingga, harapannya dunia pendidikan mampu beradaptasi dengan segala perubahan.

"Perlu orang yang mengerti bagaimana mengimplementasikan inovasi-inovasi yang ada. Berani keluar dari kotak, berani out of the box, berani tidak rutinitas, berani tidak monoton sehingga akan memunculkan sebuah loncatan-loncatan besar yang itu saya melihat pengalaman dari yang muda-muda bisa mendukung itu," kata Jokowi mengapa memilih Nadiem kepada media.

Sayangnya, sampai sekarang kita belum melihat terobosan dari bos perusahaan ojek online tersebut. Padahal, dipilihnya Nadiem sebagai Mendikbud sudah jelas, agar dunia pendidikan bisa beradaptasi dengan setiap perubahan. Ya, dunia pendidikan sekarang harus beradaptasi dengan sistem belajar mengajar yang baru. Seharusnya, untuk orang sekelas Nadiem, sekarang bukan lagi waktunya merancang konsep atau gagasan. Namun, gagasan itu sudah terwujudkan dan bisa diterapkan, dalam bentuk aplikasi atau program yang dapat mempermudah sistem belajar mengajar dari rumah.

Alih-alih dipermudah, para guru justru harus memutar otak sendiri, bagaimana mencipatakan sistem pembelajaran dari rumah dengan mudah, agar siswa bisa memahami materi. Kebanyakan yang dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan tugas melalui aplikasi Whatsapp. Guru membuat video mengajar, lalu dibagikan ke grup whatsapp per kelas. Selanjutnya, siswa mendapat tugas dan dikirim kembali melalui aplikasi whatsapp. Ada juga sekolah yang memanfaatkan website sekolah. Guru membagikan tugas ke website dan siswa tinggal mendownload, kemudian hasilnya dikumpulkan ke perwakilan siswa untuk dibawa ke sekolah.

Lalu muncul pertanyaan, apakah cara tersebut benar-benar efektif? Mungkin jawabannya, saat ini hanya itu yang bisa dilakukan. Akibatnya, sebagian orang tua mulai mengeluh. Karena kerepotan harus mengajari anak-anaknya di rumah. Apalagi orang tua yang memang tak punya bakat mengajar. Belum lagi tugas pekerjaan orang tua juga menumpuk.

Sementara, siswa kebingungan. Jika sebelum pandemi sistem belajar langsung tatap muka, tapi sekarang harus belajar sendiri.

Pada akhirnya, kita mulai meragukan kualitas SDM siswa kita. Faktanya, pada saat ujian kenaikan kelas beberapa bulan lalu, semua siswa naik kelas dengan nilai yang bagus. Atau, pada saat pengumuman kelulusan, semua siswa lulus sekolah. Naik kelas atau lulus sekolah dengan nilai bagus, bukan karena siswa benar-benar memahami mata pelajaran, tapi lebih karena pihak sekolah belum memiliki parameter sistem penilaian ketika harus ujian jarak jauh.

Persoalan lainnya adalah, orang tua harus menyiapkan dana tambahan untuk membeli kuota internet. Bahkan ada yang harus membeli smartphone baru. Sementara, banyak juga siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Sehingga, mereka pun dengan sangat terpaksa menumpang smartphone teman. Beruntungnya mereka masih punya teman yang baik. Jangan sampai ada yang terpaksa mengurangi jatah makan karena harus membeli smartphone baru atau kuota internet. Oh my god..

Sebab itu, seharusnya sekarang sudah ada aplikasi khusus pendidikan, mulai dari tingkat SD hingga SMA yang bisa digunakan oleh para guru dan siswa secara gratis. Aplikasi pendidikan yang didalamnya memuat berbagai fiture. Misalnya, ada fiture telekonference, fitur ujian online yang soalnya bisa dibuat sendiri oleh guru dan fiture lainnya. Intinya, aplikasi yang dirancang khusus seakan-akan mereka benar-benar sedang bersekolah, ada absensi siswa, absensi guru pagi dan sore dengan cara scan wajah. Dan yang paling penting lagi semua itu gratis. Jangan membebani pihak sekolah, karena harus mengalihkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) hanya untuk membeli aplikasi tersebut.

Ayolah pak Nadiem, segera buktikan kehebatan anda. Di masa pandemi Corona ini, semestinya keahlian anda sudah harus diimplementasikan. Apalagi saat ini hampir seluruh pelajar -- terpaksa -- belajar dari rumah masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun