Sudah sebulan berlalu, kasus pemerkosaan dan pembunuhan dengan cara keji dan biadab menimpa seorang siswi SMP di Padang Ulak Tanding (PUT), Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, Yuyun (14). Jasadnya pertama kali ditemukan dalam kondisi mengenaskan, pada Senin 4 April 2016 lalu. Dan kemudian terungkap, ternyata Yuyun adalah korban pemerkosaan dan pembunuhan. Lalu, mengapa baru beberapa hari di bulan Mei 2016 ini, Yuyun jadi pembicaraan nasional?
Hal ini menjadi pertanyaan kami, khususnya saya sebagai warga Kabupaten Rejang Lebong. Solidaritas terhadap Yuyun menjadi pembicaraan nasional, setelah adanya aksi sosial yang dilakukan oleh para aktivis perempuan melalui media sosial. Tentunya kami sangat berterima kasih agar tidak ada lagi Yuyun-Yuyun berikutnya.
Menurut salah seorang aktivis perempuan, hal ini disebabkan minimnya pemberitaan terhadap Yuyun. Padahal, media lokal sudah memberitakan kasus Yuyun secara masif, tetapi namanya saja media lokal, hanya dibaca oleh masyarakat lokal. Sedangkan media online lokal, traffic-nya masih kalah dengan media nasional. Sementara, media nasional hanya memberitakan kasus Yuyun hanya sekadarnya. Pernah saya menonton berita di televisi swasta nasional, kasus pemerkosaan Yuyun hanya dijadikan berita kilas kriminal. Padahal, menurut hemat saya, kasus yang menimpa Yuyun ini adalah kejahatan luar biasa.
Masyarakat Rejang Lebong sendiri sudah berupaya agar kasus Yuyun bisa mendapat perhatian para petinggi di pusat, baik itu menteri ataupun organisasi yang menangani anak dan perempuan. Dengan cara nge-share tautan berita online tentang Yuyun kepada mereka. Tetapi, sayang sekali seperti tidak ada respons atau tanggapan. Muncul kecurigaan kami, apakah karena Yuyun berada di desa terpencil, bukan daerah yang terkenal dengan hiruk-pikuknya perkotaan sehingga tidak begitu jadi perhatian? Apakah harus orang populer yang membicarakan Yuyun baru kemudian, mendapat respons? Entahlah, sekali lagi kami tidak tahu. Yang jelas, kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang peduli terhadap Yuyun.
Padahal, sejak terungkapnya kasus pemerkosaan Yuyun, keluarga korban mengalami trauma berat. Bahkan, kembaran Yuyun, yakni Yayan sampai tidak berani masuk sekolah. Tetapi, hal tersebut tidak diketahui banyak pihak. Setelah sebulan berlalu, baru kemudian Yuyun menjadi pembicaraan. Dan mulailah beramai-ramai rombongan dari pusat mendatangi kediaman Yuyun.
Untuk diketahui, ada banyak kasus perkosaan dan kekerasan perempuan yang menyebabkan korban hamil dan masih hidup sampai sekarang di daerah kami. Bahkan mirisnya dilakukan oleh orang tua kandung, orang tua tiri dan pamannya. Semoga hal tersebut menjadi perhatian.
Upaya yang dilakukan salah satu akun media sosial melaporkan peristiwa Yuyun kepada pemangku kepentingan bisa dilihat di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H