Dandim juga mengatakan, masyarakat sudah bisa melewati jalan nasional Curup-Lubuklinggau. Dan tidak perlu lagi khawatir akan kejadian sebelumnya. Sebab, sekarang kondisi sudah kondusif dan aman. Sehingga, tidak perlu lagi khawatir. Ia berharap, kondisi keamanan dan kondusifitas ini tetap terjaga seterusnya."Sekarang kondisi sudah kondusif, blokade jalan sudah kita buka. Sehingga, masyarakat sudah bisa melintasi jalan Curup-Lubuklinggau," pungkas Dandim.
Bentrok Warga dan Aparat Kepolisian
Untuk diketahui, Minggu 17 Juni, sekitar pukul 17.00 WIB terjadi bentrokan antara polisi dengan warga Kecamatan Binduriang. Hingga akhirnya, massa memblokade jalan nasional penghubung Curup, Bengkulu menuju ke Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan. Sempat terjadi aksi tembak menembak dan warga menyerang dengan batu-batuan. Kericuhan terjadi hingga pukul 00.00 WIB, hingga akhirnya Kapolda Bengkulu langsung turun ke lapangan berusaha melakukan mediasi.
Akan tetapi, mediasi tersebut gagal dan warga kembali melakukan pemblokiran dan menolak kehadiran pihak polisi hingga Senin 18 Juni. Bentrokan akhirnya berujung damai setelah pihak TNI langsung turun melakukan mendiasi dengan masyarakat setempat dan Selasa 19 Juni jalan sudah mulai kembali dibuka, hingga Rabu 20 Juni jalan sudah lancar kembali. Tetapi, TNI masih tetap melakukan patroli untuk menghindari kericuhan terulang kembali.
Diduga peristiwa tersebut dampak aksi sweeping pihak kepolisian di daerah setempat, untuk mencari hasil jarahan kopi dan motor bodong (hasil pencurian). Berdasarkan informasi yang diterima dari Kepala Desa Kepala Curup, Wardani, kericuhan ini diduga bermula dari sweeping kendaraan yang dilakukan aparat kepolisian sekitar pukul 16.00 WIB di Desa Kepala Curup Kecamatan Binduriang. Informasinya, razia ini berkaitan dengan maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor di wilayah tersebut. Menurut Kades War, warganya tidak terima dengan aksi sweeping menjelang malam hari yang dilakukan aparat itu. Apalagi dalam razia ini juga dikait-kaitkan dengan penjarahan mobil truk pengangkut biji kopi yang mengalami kecelakaan di kawasan tersebut sebelumnya. "Kalau dikaitkan dengan penjarahan mobil pengangkut kopi, saya memastikan di desa saya tidak ada penjarahan itu. Tapi kalau di desa lain, saya tidak tahu. Masalahnya, pihak kepolisian razianya langsung ke rumah-rumah warga. Sehingga memancing emosi warga dan terjadilah keributan itu," terang War.
Sementara itu, menurut keterangan salah seorang anggota polisi yang terluka, saat itu pihaknya baru saja beranjak pulang setelah menggelar razia tersebut. Namun, setibanya di tikungan tidak dari Desa Kepala Curup, tiba-tiba pihaknya diserang menggunakan batu yang dilempar dari atas tebing sebelah kanan jalan. Serangan ini kontan saja menghambat perjalanan mereka. Para anggota polisi mencoba menghalau para penyerang dengan menembakkan senjata ke udara. Namun tembakan ini tidak menghentikan penyerangan. "Saat itu persis seperti hujan batu. Banyak batu yang dilemparkan ke arah kami," tuturnya saat dirawat di IGD RSUD Curup.
Data Korban dan Kerusakan
Meninggal dunia: Ardan alias Cik Udan (19), warga Kampung Jeruk
Luka-luka:
1. Supri (luka tembak di dada kiri) 2. Trisno (luka tembak di perut) 3. Rizal (luka tembak di bagian mulut) 4. Sapri
ANGGOTA KEPOLISIAN dan BRIMOB: