Aku tertawa pelan, giliran Riko yang mengernyit bingung.
'Kamu lupa?' tanyaku.
'Lupa apa?'
'Kamu yang ninggalin aku dua tahun lalu. Tiba-tiba minta putus. Hilang kabar. Aku berusaha hubungi kamu. Minta penjelasan. Kamu block nomorku. Bahkan kamu minta teman-teman kamu untuk nggak ngomongin alasannya ke aku. Tapi aku tahu,' Suaraku meninggi.
'Kamu ninggalin aku, demi sahabatku. Itu yang aku tahu. Itu yang kamu lupa.' Lanjutku.
Wajah Riko berubah. Dia mematung dengan wajah pucat pasi. Bagai seorang yang tertangkap basah tengah mencuri.
Aku berjalan. Melewatkan Riko. Meninggalkan dia yang masih memandang punggungku berjalan keluar Toko Buku Storia meninggalkan dia sendiri.
Hujan masih turun menyelimuti kota. Kini aku tahu tiap hujan memiliki makna berbeda. Entah menjadi kenangan indah atau pahit, atau hanya lalu begitu saja. Hujanku menyimpan cerita yang lain. Ia ada untuk menghapus kenangan yang pernah ada.
Aku membuka payung, menerobos hujan, meninggalkan tempat itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H