Hutan terlarang tanah Ppaua merupakan kawasan yang diyakini sebagai tempat suci yang dihuni oleh para dewa dan roh leluhur. Hutan terlarang juga berfungsi sebagai pusat spritual bagi masyarakat adat. Oleh karena itu, masyarakat adat berupaya melindungi kawasan tersebut dari berbagai kegiatan ekonomi yang merusak lingkungan. Untuk melindungihutan terlarang, penduduk daerah Kaimana melakukan ritual adat Sinara.
Warisan Budata Ritual Adat Sinara
Sinara adalah salah satu prosesi adat atau upacara adat dari suatu budaya leluhur masyarakat setempat yang masih dipelihara secara turun temurun. Masyarakat setempat meyakini upacara adat ini sebagai salah satu meida menyampaikan pesan dan permohonan untuk para leluhur agar senantiasa memberi izin, memberi restu dan serta menjaga suasana alam.
Secara umum, adat Sinara merupakan adat yang dilakukan oleh masyarakat adat di wilayah Kaimana. Upacar ini biasanya diadakan untuk menyambut tamu-tamu penting atau menghormati orang-orang terpandang di masyarakat. Upacara adat Sinara sering diadakan bersamaan dengan upacara pernikahan, penobatan kepala suku, atau perayaan lain yang dianggap penting oleh masyarakat setempat. Dalam pementasannya, adat Sinara mengintergrasikan berbagai unsur budaya seperti tarian, musik, nyanyian dengan menggunakan alat musik tradisional.
Pakian adat yang biasanya gunakan adalah pakian adat yang dihias dengan ornamen dan hiasan khas Papua. Tarian yang bawakan juga mengahadirkan cerita atau legenda yang khas bagi masyarakat setempat. Salah satu ciri khas dari adat Sinara adalah berupa sesajen beriisi pinang dan rokok ngeri yang biasanya diiringi dengan menggunakan alat musik tradisional Papua seperti tifa panjang (gendang kecil), kundu/rumu (gendang besar), dan bunyi-bunyian lainnya. Musik dan nyanyian dari adat Sinara memiliki irama yang khas dan sering menggambarkan keindahan alam serta hidup kehidupan masyarakat Kaimana.
Adat /upacara Sinara juga mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat Papua Barat, seperti gotong royong, saling menghargai dan kebersamaan. Melalui upacar ini, masyarakat stempat berusaha melestarikan nilai-nilai tersebut dan mewariskannya kepada generasi berikutnya. Adat upacara Sinara adalah salah satu tradisi adat yang berasal dari daerah Kaimana, Papua Barat, Indonesia. Tradisi ini merupakan warisan buadaya yang sudah ada sejak zaman dahulu dan masih dilestarikan oleh masyarakat setempat.
Kearifan Lokal Ritual Adat Sinara dan Pertanian Berkelanjutan
Di Kaimana, upacara adat Sinara dianggap sebagai bentuk meminta izin kepada nenek moyang atau leluhur agar alam tetap terlestarikan dan terjaga. Upacara ini diturunan dari nenek moyang, sehingga penduduk setempat terus menjaga lingkungan hingga saat ini. Upacara Sinara dilakukan dengan mempersembahkan sirih, pinang, beras, rokok dan uang logam. Bahan-bahan ini merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahan-bahan tersebut dibungkus dengan kain putih dan disajikan di atas piring putih.
Dalam konteks pertanian berkelanjutan di daerah Kaimana, Papua Barat, mengacu pada praktik-praktik tradisional yang telah dilakukan oleh masyarakat setempat untuk menjaga keberlanjutan dan kesuburan tanah serta mempertahankan kehidupan pertanian yang berlanjut. Masyarakat Kaimana memiliki kepeercayaan dan praktik adat yang mendorong mereka untuk melindungi hutan dan lahan pertanian dari kerusakan.
Mereka menghormati batasan-batasan yang ditetapkan oleh tradisi adat untuk menjaga keseimbangan ekologi dan kelestarian lingkungan. Selain itu, penduduk Kepulauan Kaimana biasanya memiliki metode perbatasan tradisional yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.Model ini biasanya didasarkan pada pengetahuan lokal tentang musim, ekologi regional dan kebutuhan tanaman. Masyarakat memperhatikan siklus alam dan melakukan rotasi tanaman, penggunaan sistem agroforestri dan pengendalian gulma alami.
Dalam pertanian berkelanjutan memiliki tiga pilar yang dimana berpengaruh pada fungsi kearifan lokal Adat/ Upacara Sinara di daerah Kaimana, Papua Barat, yaitu:
Lingkungan
Masyarakat Kaimana mengidentikkan alam sebagai orang tua, sehingga tanah dianggap sebagai ibu (mama). Dengan demikian masyarakat Kaimana mempunyai hubungan spiritual yang istimewa dengan tanah dan lingkungan dimana mereka menetap. Bagi masyarakat Kaimana, lingkungan adalah tempat dimana berlangsungnya kehidupan dari generasi ke generasi. Dalam tradisi dan budaya Eko-Budaya Melanesia, tidak ada kawasan lingkungan di Papua yang masuk dalam kategori “no man’s land” atau tanah tidak bertuan. Setiap jengkal tanah mempunyai relasi budaya dengan masyarakat adat sekitar. Oleh karenanya setiap ada kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan seperti pembangunan gedung tempat tinggal masyarakat ataupun gedung bagi pemerintahan biasanya dilakukan adat Pesta Sinara.
Sosial
Masyarakat Kaimana percaya sepenuhnya bahwa alam Kabupaten Kaimana ini merupakan milik para Roh leluhur yang selalu diberkahi dan dijaga oleh para roh yang ada digunung-gunung dan di lembah-lembah, di laut maupun di udara sehingga setiap tanggal ditetapkannya Kaimana menjadi kabupaten biasanya dilakukan pesta sinara pemberian makan pada leluhur yang ada sesuai arah mata angin dan dilanjutkan dengan makan bersama Tua-tua adat dan para pejabat daerah di Rumah adat yang bernama sirosa.
Ekonomi
Masyarakat Kaimana meyakini kesuksesan yang dicapai, atau hasil yang di dapat dari apa yang dilakukannya merupakan campur tangan leluhur didalammya sehingga perlu dilakukan upaca sinara dalam hal memperoleh keberhasilan tersebut, seperti Upacara Sinara Sebelum Panen Hasil, Upacara Sinara saat seseorang telah menduduki jabatan penting dalam daerah dan sebagainya.
Penutup
Upacara Adat Sinara masih dilakukan oleh masyarakat Kaimana hingga saat ini untuk menghormati leluhur atau nenek moyang, supaya tidak terputusnya kebersamaan dalam mejaga alam agar tetap terlestarikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI