Mohon tunggu...
Janeri eko putra
Janeri eko putra Mohon Tunggu... Lainnya - Planner

saya adalah seorang pria yang entah lebih tepatnya disebut apa, saya suka mencurahkan pikiran saya melalui menulis, mulai dari filsafat, buku, arsitektur, lingkungan hidup, sastra dan seni budaya,, menceritakan apa apa yang saya pikirkan menjadi kepuasan tersendiri untuk saya,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kemana Hilangnya Budaya sebagai Jati Diri

12 Agustus 2024   07:58 Diperbarui: 12 Agustus 2024   08:24 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir akhir ini saya merasa tergelitik tentang bagaimana banyak orang membahas budaya, kebudayaan dan insan yang berbudaya bahkan secara spesifik menjelaskan bahwa kita adalah bangsa yang berbudaya. Senang rasanya ada pihak yang tertarik untuk membahas tentang budaya seperti ini, tapi dalam pembahasan tersebut ada esensi yang hilang, yaitu budaya menjadi jati diri atau budaya menjadi karakter insan Indonesia.

Katakanlah dalam hal ini, budaya untuk menghormati aturan, budaya untuk antri, budaya membaca, budaya untuk tidak buang sampah, sembarangan dan banyak lagi jika mau kita uraikan satu persatu. 

Budaya secara karakter sudah mulai hilang di masyarakat kita akhir akhir ini, jika kita tarik lagi dari pengertian budaya berdasarkan KBBI diterangkan bahwa budaya adalah pikiran, akal budi, sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah, serta keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

 Jelas sekali dalam konteks ini budaya kita sudah tergerus secara masif dan terindikasi akan berlangsung secara terus menerus. kita tidak bisa memungkiri hal ini, sudah banyak sekali hal hal yang menyimpang jika kita tilik dari pengertian budaya. 

Seperti yang kita tahu dulu bangsa kita adalah bangsa yang sangat arif memperlakukan alam, hutan, air, laut dan tanah semua diperlakukan dengan sangat baik, dan bahkan disucikan oleh beberapa kalangan, tapi untuk saat ini, nilai dari budaya berperilaku arif terhadap alam sudah tidak lagi menjadi budaya kita, jika kita masih ngotot atau bertahan dengan argumen ini maka kita harus berani menyandingkan data kerusakan alam yang diakibatkan oleh manusia dengan dalih apapun. 

Budaya sebagai pikiran dan akal budi, menarik sekali ketika kita melihat kata "akal" disandingkan dengan kata "budi", manusia berakal tanpa ada budi di dalamnya hanya menjadikannya sejenis hewan yang sangat liar dan siap membinasakan siapa pun, "budi" menjadi bagian penting dimana dia akan menjadi alat untuk menetralkan akal akal kehewanan manusia, dengan "budi" manusia bisa menggunakan akalnya untuk kebaikan, kearifan dan kemaslahatan. 

Tapi nyatanya saat ini kita melihat manusia berakal dan bahkan sangat canggih akalnya tapi tidak diiringi dengan "budi", yang terjadi kita bisa melihat bagaimana kondisi masyarakat kita hanya mementingkan diri sendiri, menabrak aturan, menghianati hal hal yang sudah disepakati bahkan sanggup berbuat sesuatu untuk merugikan orang lain.

Budaya sebagai suatu kebiasaan dan sukar untuk dirubah. Berdasarkan pengertian dari budaya yang sudah kita sampaikan diatas Mengerikan jika kita terjebak dalam sebuah kebiasaan dan sukar untuk diubah. 

Sangat menyedihkan ketika generasi muda kita menjadi manusia yang sangat individual karena hilangnya budaya tolong menolong, sangat mengerikan ketika kita kehilangan budaya ramah tamah satu sama lain, kehidupan sosial kita akan dipenuhi oleh rasa saling curiga dan bahkan saling tidak peduli. saya pikir disini kita sudah benar benar hilang jati diri sebagai manusia Indonesia yang konon nenek moyangnya memiliki budaya dan peradaban yang luhur.

Budaya sebagai sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi. Ketika telah mengakar budaya akan sulit sekali dirubah, budaya hampir sama dengan mahluk hidup, budaya juga seolah memiliki DNA dan secara genetik akan diturunkan dari generasi sebelumnya, kondisi budaya kita sekarang, yang tergambarkan melalui tingkah dan perilaku menjadi bentuk tanggung jawab orang terdahulu yang menjadi contoh manusia saat ini, dan kondisi dimasa depan menjadi tanggung jawab kita pada saat ini yang akan menurunkan kebiasaan yang akan dijadikan pedoman oleh generasi kita selanjutnya.

Budaya sebagai sebuah identitas kesadaran manusia. Kita sempat takjub melihat pendukung tim nasional Jepang, pada gelaran piala  dunia 2024, bagaimana dengan kesadaran penuh mereka memunguti sampah yang berada disekitar mereka sebagai bentuk  rasa peduli terhadap suatu lokasi yang mereka datangi atau bentuk rasa tanggung jawab terhadap kekotoran yang terjadi, padahal mereka tahu persis untuk gelaran sekelas piala dunia sudah ada tenaga yang akan membersihkan itu semua. sementara kita hanya bisa takjub seraya berucap, luar biasa sekali budaya orang Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun