Mohon tunggu...
Janeri eko putra
Janeri eko putra Mohon Tunggu... Lainnya - Planner

saya adalah seorang pria yang entah lebih tepatnya disebut apa, saya suka mencurahkan pikiran saya melalui menulis, mulai dari filsafat, buku, arsitektur, lingkungan hidup, sastra dan seni budaya,, menceritakan apa apa yang saya pikirkan menjadi kepuasan tersendiri untuk saya,

Selanjutnya

Tutup

Love

Mencintailah dengan 'Walaupun' Bukan 'Karena'

8 Agustus 2024   10:02 Diperbarui: 8 Agustus 2024   10:12 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa banyak cinta yang datang menghampiri mu atau seberapa banyak cinta yang kau persembahkan kepada orang lain. Pada perspektif ini, cinta kita pandang sebagai sebuah anugerah dari tuhan yang dimiliki setiap manusia. 

Umumnya kita bersepakat soal rasa cinta yang hadir untuk siapa pun atau untuk apapun pasti bermula dari daya tarik. Apakah ini sebenar benar cinta yang kita sebut sebagai anugerah pemberian tuhan atau hanya sekedar ilusi optik yang mengundang rasa suka.

Terlalu banyak kita menerima jawaban dalam bentuk sebuah alasan, ketika kita tanyakan kepada seseorang, mengapa dia mencintai sesuatu itu, jawaban yang kita terima sangat normatif dan diawali dengan kata "karena". 

Alasan yang diawali kata "karena" akan memiliki makna yang sangat masuk akal untuk menjadi sebuah alasan sesuatu itu bisa terjadi termasuk dalam hal mencintai dan pada konteks ini hukum alam tentang mencintai sudah  berlaku mutlak, bagaimana cinta datang karena keindahan. 

Mengapa kamu mencintainya ?, karena dia sangat baik, karena dia sangat tampan, atau karena benda ini sangat luar biasa. 

Tentu semua orang bisa mencintai  dengan cara seperti ini, karena apa yang dia harapkan terdapat pada objek yang disukai, bukan hal yang luar biasa menurut saya karena ini sangat alamiah dan berlaku mutlak bahwa ilusi optik menjadi jembatan pertama dan sangat berpengaruh pada sebuah ketertarikan.

Seni mencintai akan teruji pada suatu pertanyaan, mengapa kau mencintainya?, kita akan melakukan analisa terhadap jawaban yang diberikan, apakah jawaban akan dimulai dari kata "walaupun" atau diawali dari kata "karena". Kata awal dari jawaban akan menguak rahasia seberapa tulus seseorang mencintai objek yang dicintainya. 

Pilihan diksi "walaupun" akan menjadi tolak ukur bagaimana cinta dipersembahkan kepada hal negatif yang dimiliki oleh objek yang dicintai, artinya ilusi optik tentang sebuah keindahan dan menjadi undangan hadirnya rasa cinta tidak berlaku pada jawaban ini.

 Jawaban yang diawali dengan "walaupun" menyajikan hal hal di luar logika kita sebagai mahluk yang mudah tertarik kepada keindahan dan akhirnya kita vonis itu sebagai rasa cinta. 

Alasan yang diawali dengan kata walaupun pasti berangkat dari hal negatif, saya mencintainya walaupun dia tidak setampan pria lain, saya mencintai benda ini walaupun benda ini sudah terlihat sangat tua dan kuno, saya mencintainya walaupun dia tidak mencintai saya.

Seni mencintai yang tidak biasa, berangkat dari hal hal yang tidak masuk akal atas sebuah ketertarikan, mencintai dengan ikhlas, mencintai dengan mula atas nama kekurangan,  sebuah seni yang tidak semua orang bisa memerankannya, seni mencintai tanpa syarat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun