Mata Alice seketika basah menatap  pohon sakura dengan bunganya yang mekar. Mimpi ini akhirnya terwujud, walaupun dia harus menikmati keindahan mereka sendirian. Warna pink begitu indah bertebaran di atas dahan. Beberapa diantara mereka berjatuhan padahal angin hanya berhembus pelan.
"Semoga  ketika kita datang nanti sakuranya sedang mekar Al," Regan menatap wanita di depannya yang tengah mematut gaun pengantin di cermin.Â
Alice melirik Regan sebentar kemudian kembali menatap gaun pengantin berwarna putih yang membalut tubuh sintalnya. Pandangannya menunduk, Â menyembunyikan rona merah pada kedua sisi pipi.Â
Sakura mekar adalah tujuan mereka, setelah hari pernikahan yang akan berlangsung dua bulan lagi.Â
"Papa dan mama..."
"Papa dan mama setuju...mereka bilang kamu gadis yang manis dan tipe istri yang menurut pada suami kelak." Jawab Regan sumringah, meyakinkan Alice bahwa keputusan lelaki itu adalah yang terbaik.
Regan tersenyum, menopang dagunya pada bahu Alice dan kedua lengan melingkar di pinggang gadis itu. Keduanya pun tertawa, bahagia. Mereka tidak peduli tatapan beberapa orang di ruangan tersebut yang menganggap mereka norak. Ada juga yang tersenyum dan bahkan cuek karena sudah terbiasa melihat pemandangan seperti itu. Pemandangan dimana dua orang insan yang sedang kasmaran memamerkan kemesraan mereka.
Sepeninggal lelaki itu, Alice mengenakan kembali gaun putih tersebut di kamarnya. Dia sudah tidak sabar memakai gaun pengantin ini dua bulan lagi, menjadi raja dan ratu sehari di atas pelaminan.Â
Semua wanita pasti akan sebahagia dia pastinya. Terlebih lagi dengan profesi yang selama ini dia jalani. Profesi dimana para lelaki hidung belang hanya memandang wanita sebagai objek pelampiasan nafsu mereka.
Alice selalu merasa Regan adalah malaikat yang sengaja Tuhan kirimkan untuknya. Selama ini sudah banyak lelaki hadir dalam kehidupan gadis itu, Â dan kesemuanya hanya datang pada untuk merasakan cinta semalam.Â
Mereka datang, menikmati dan pergi setelah menyelipkan sejumlah uang di bawah bantal. Ketika puas, para lelaki itu akan akan datang kembali dengan kurun waktu yang tidak  jelas. Berbeda dengan Regan, pria yang dikenalnya enam bulan lalu.
Pertemuan mereka terjadi karena ketidaksengajaan. Â Saat itu Alice ditugaskan melayani seorang tamu yang di pesan melalui mami Manja. Ketika memasuki kamar sesuai dengan amanat si mami, Alice malah dibuat bingung dengan pria tersebut. Lelaki berpostur tegap dan pemilik mata bening itu tidak sedikitpun menyentuhnya. Dia malah di suruh menemani ngobrol hingga pagi menjelang.Â
Regan namanya, lelaki berusia duapuluh delapan tahun tersebut adalah seorang keturunan Indonesia tetapi sudah pindah ke Jepang dalam kurun waktu yang lama. Kedatangannya ke Indonesia semata-mata hanya tugas kantor dan alasannya memesan Alice karena lelaki itu butuh teman ngobrol, tidak lebih.Â
Pertemuannya yang pertama membuat kesan tersendiri bagi Regan, dua hari kemudian lelaki itu memesan Alice kembali. Sama seperti semula, tugas wanita itu hanya menemaninya ngobrol. Ketika Regan kembali ke Jepang, lelaki itu tetap menyambung komunikasi dengan Alice  melalui telpon.Â
Hingga suatu hari, Â secara terang-terangan dia menyatakan cintanya pada Alice. Awalnya wanita muda itu ragu dengan pernyataan tersebut, Â akan tetapi keraguan itu ditepisnya ketika empat bulan lalu Madam Manja mengatakan ada seorang yang telah membayar Alice untuk menemaninya selama empat bulan.Â
Alice yang semula heran, justru berbalik sumringah. Ternyata lelaki yang nekat tersebut adalah Regan. Dia sengaja membayar Alice, karena tidak ingin ada lelaki lain yang menyentuhnya. Kesungguhan untuk menjadikan hubungan yang lebih serius dibuktikannya ketika bulan lalu lelaki itu melamarnya di depan Mami. Wanita keras kepala tersbut menerima lamaran Regan, dengan mengajukan syarat agar dia membayar sejumlah uang sebagai tebusan untuk kebebasan wanita yang diinginkannya tersebut.Â
Regan menuruti permintaan mami, sejumlah uang di transfer ke rekening wanita bertubuh gempal tersebut. Khayalan indah pun tidak henti-hentinya bermain di kepala Alice. Perasaan senang karena sebentar lagi terbebas dari rumah ini, bercampur dengan khayalan menikmati bunga cantik khas negara tersebut bersama Regan. Bukan itu saja, dia juga membayangkan bagaimana repotnya harus menyiapkan kebutuhan lelaki itu setiap pagi nantinya. Anak-anak yang lucu dan juga perdebatan-perdebatan kecil yang mungkin saja akan terjadi nanti.
**** Seminggu sebelum hari pernikahannya, kabar buruk justru datang ketelinga Alice. Wanita itu harus mengubur impian membangun rumah tangga bersama Regan. Lelaki berhati malaikat yang hendak mengeluarkan gadis itu dari tempat nista ini menutup mata untuk selamanya. Mobil yang ditumpanginya terbakar di tengah perjalanan ketika  hendak menjemput Alice. Lelaki itu tidak terselamatkan, karena terkunci di dalam mobil yang ditumpangi.
Hancur hati Alice. Impiannya untuk menikmati sakura mekar bersama Regan tidak pernah terwujud. Banyak kejanggalan dari kematian Regan, mulai dari mobil yang terkunci hingga si sopir yang menghilang tanpa jejak. Proses pengusutan dilakukan, tapi entah mengapa tiba-tiba semuanya terhenti begitu saja.Â
Hingga suatu hari Alice menemukan sebuah amplop di kamar  Madam Manja.  Di dalamnya terdapat sepucuk surat dan selembar foto Regan.
'Tikus itu sudah mati Madam!'
Sudah terjawab jelas sebab kematian Regan. Keputusan Sang mami yang menyetujui lamaran Regan hanyalah bualan semata.
 Dirinya hanya pasrah tidak dapat melakukan apa-apa. Madam Manja memang seorang wanita, tetapi dengan kekuatannya dia bisa melakukan apa saja, termasuk menghilangkan nyawa orang lain dari dunia ini.Â
Kehidupan gadis itu kembali seperti semula, membagikan cinta pada setiap lelaki yang membutuhkan kehangatan. Dan menikmati Sakura bersama Regan itu hanya lah impian, karena sekarang dirinya hanya sendiri menikmati mereka yang tengah bermekaran.
The end.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H