Mohon tunggu...
Maya Soraya
Maya Soraya Mohon Tunggu... Teknisi - PT TIMAH Tbk Unit Metalurgi Muntok

PT TIMAH Tbk Unit Metalurgi Muntok

Selanjutnya

Tutup

Politik

Antara Politik, Agama, dan Persatuan

28 November 2016   03:19 Diperbarui: 28 November 2016   03:24 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Jane Ivana,SMA Kolese Loyola, Semarang

Banyak sekali kejadian penting yang terjadi beberapa minggu ini. Kejadian beberapa minggu terakhir yang saya saksikan di televisi maupun saya baca di koran mengenai hal politik ibu kota Indonesia, yang setidaknya mewakili keadaan politik bangsa kita saat ini, yang akhirnya membuat saya berpikir akan satu hal, dan saya berani bertaruh anda juga memikirkannya. Apakah ini ini yang disebut persatuan?

 

Singkat cerita, kita semua tahu bahwa Ahok sedang mengalungi embel-embel ‘Si Penista Agama’ akibat ulahnya sendiri beberapa pekan lalu. Sedikit celah yang dibuka oleh Ahok itu ditusuk oleh golok raksasa oleh sejumlah kaum yang membencinya dari awal. Pada dasarnya mereka-mereka, koruptor, pecinta nepotisme yang takut terbuka kedoknya terus mencari celah untuk menusuk Ahok, dan sampai akhirnya celah tersebut terbuka. ‘Kesempatan Emas’ mereka bilang. Lalu demo besar terjadi awal November kemarin. ‘Penjarakan Ahok!’ terucap dan tertulis dimana-mana. Terik matahari tidak menguras tenaga mereka. Mereka bertahan hingga larut, dan kita semua tahu ending ceritanya seperti apa. Saya tidak bermaksud untuk berkata buruk mengenai aksi yang dilakukan oleh omnas yang menjadi kunci demo tersebut, karena memang benar, Indonesia yang kita tinggali sekarang merupakan negara demokrasi, dimana setiap rakyatnya bisa dengan bebas menyampaikan pendapatnya. Tetapi, menurut saya mereka-mereka yang berdemo kemarin malah menyalahgunakan kemerdekaannya untuk berpendapat untuk hal yang justru menyibakkan kembali kesenggangan diantara perbedaan yang dimilili bangsa ini.

 

Jangan lupakan kalau kita itu bangsa yang hebat! Ingat perjuangan bangsa kita lebih dari 71 tahun yang lalu, tentang bagaimana pendahulu kita berhasil membungkus kita dalam persatuan dan membawanya pada kemerdekaan. Politik dan agama memang tidak bisa disatukan, seperti yang banyak orang katakan, politik itu kotor, sedangkan agama itu bersih, karena pada hakekatnya politik adalah suatu cara untuk mendapatkan kekuasaan, mengatur orang lain, sedangkan agama mengajarkan kita untuk berbuat hal-hal baik dan larangan yang diajarkan oleh setiap yang disembahnya. Dari sini, bukankah kita bisa menilai secara nyata apakah aksi demo kemarin merupakan tindakan bersih atau kotor. Apakah memang benar tulisan-tulisan yang ada pada setiap poster atau kalimat-kalimat yang diteriakkan pada aksi demo kemarin hanya didasarkan pada penistaan agama dan bukan untuk kepentingan politik omnas yang tidak menginginkan kafir menjadi pemimpin mereka?

 

Saya jadi ingat sebuah pepatah yang mengatakan ‘Karena nila sedikit, rusak susu sebelangga’. Hanya karena kesalahan kecil, kita semua pasti langsung melupakan hal-hal baik yang pernah dilakukan seseorang pada kita. Bukannya saya membela, tetapi saya berbicara fakta. Saya hanya ingin menegaskan disini, bahwa kita sudah kehilangan sense kita untuk bersatu. Jika seandainya keputusan menyatakan bahwa Ahok tidak bersalah, apakah kaum-kaum yang sekarang sedang berpesta pora akibat keberhasilan mereka untuk menjatuhkan Ahok ini akan bungkam menerima keputusan dengan lapang dada, atau justru mereka akan semakin memberontak tidak mau tahu kalau Ahok harus di penjara dan mengajukan penurunan presiden akibat pendapat rakyat yang tidak didengar? Itu akan menjadi jawaban kita nantinya.

 

Demo kemarin dapat menjadi refleksi kita masing-masing bahwa sebenarnya kita justru melangkah mundur bukanya melangkah maju. Dan dari situpun kita dapat menyimpulan bahwa masih banyak orang yang mudah terprovokasi akan kalimat yang tidak dimaksudkan untuk memprovokasi. Mungkin ada dari mereka yang datang tidak terprovokasi, melainkan hanya untuk uang dan ikut-ikut, yang justru membuat kita semakin mempertanyakan pemikiran sebagian rakyat Indonesia saat ini. Jangan buta akan hal-hal yang bermaksud memecah belahkan persatuan kita ini hanya untuk niat buruk yang ditutupi oleh kedok agama! Ingat, Kita, Indonesia, merupakan bangsa yang besar! Ayo kita wujudkan Indonesia yang bersatu karena keragaman agama, etnis, suku, bahasa, dan budaya kita, karena bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun