Beredarnya rekaman antara Menteri BUMN Rini Soemarno dan Dirut PLN Sofyan Basir adalah sebuah skandal besar yang menggambarkan bagaimana PLN dan Pertamina dibawah permainan proyek proyek keluarga Soemarno, walaupun kemudian anak buah Rini di BUMN mati matian melakukan klarifikasi bahwa itu adalah pembagian saham antara Pertamina dan PLN, dalam klarifikasi tersebut juga ada yang janggal, yaitu : "Harus ada pembagian saham yang signifikan di proyek tersebut", angka yang disebut hanya 15%, dibagi dua 7,5%. Bagi pemain pemain proyek, sudah jamak angka itu adalah Komisi Fee bagi regulator, sebagai "uang jago".
Cobalah jangan membohongi publik, kasihan Presiden Jokowi yang sudah pontang panting kerja keras malah dikerjain soal soal begini. Dan pembangunan ini juga ditolak oleh Elia Massa Manik karena Elia menilai proyek ini adalah permainan makelar proyek yang memanfaatkan Pertamina.
Elia Massa Manik, adalah Dirut Pertamina yang dipilih sendiri oleh Presiden RI lalu dicopot Rini tanpa sepengetahuan Presiden, kemudian disalah-salahkan soal tumpahan minyak di Balikpapan, kemudian hal ini ditarik kembali, karena Polisi sudah melihat soal tumpahan minyak itu adalah pihak ketiga, bukan kesalahan Pertamina.
Kemudian dimainkan lagi isu Premium, padahal itu hanyalah persoalan pasar, ketika harga Pertalite naik, jelas konsumen memburu Premium, sifat kesalahan ini mengada-ada, seperti pemecatan Dwi Soetjipto dimana Ahmad Bambang ditempatkan untuk dijadikan alasan ribut ribut Pertamina. Yang jelas Dwi Soetjipto dan Elia Massa Manik berusaha untuk membersihkan Pertamina tapi selalu diganggu oleh kepentingan Ari dan Rini di Pertamina.
Rekaman ini sudah beredar di banyak kalangan, baik di lingkungan Istana, di kalangan CEO-CEO BUMN, sampai beredar di kalangan banyak pemerhati perkembangan politik di Indonesia. Dalam rilis dari Kementerian BUMN tidak disebut sebut adanya Ari yang diucapkan Sofyan Basir, padahal inti dari rekaman tersebut adalah ucapan "Pak Ari".
RS : ya..ya..ya.. yang penting gini pak, udahlah pak sebaiknya yang harus ambil ini dua, Pertamina sama PLN, jadi dua-duanya punya saham lah pak, begitu
SB ; Betul.. dikasih kecil saya bertahan bu, kan beliaunya ngotot
RS : sama PLN..
SB : PLN.. waktu itukan saya ketemu pak Arijuga bu ..pak Ari, saya bilang pak Ari, mohon maaf, masalah share ini kita duduk lagi lah pak Ari
RS : saya kan terserah bapak-bapak lah, saya kan konsepnya sama, sama pak Sofyan
SB : betul..
RS : Jadi masalah-masalah off-take.. kalau tidak dapat off-take dari sana juga tidak dapat pendanaan, gitu loh..itu aja
SB : ya gak apa juga bu, Cuma 15% berdua ya gak nett lah pak, saya bilang, jangan segitulah pak, kan malu saya sebagai dirut PLN cuman dapat 7,5%, ..saya bilang begitu.
(Sumber Transkrip : Rekaman Telepon Rini Soemarno dan Sofyan Basir)
Rekaman ini sebenarnya sudah menjadi pintu pembuka bagi permasalahan BUMN bahwa sumber permasalahan BUMN ada di keluarga Soemarno, dimana dua kakak Rini Soemarno yaitu : Ari Soemarno dan Ongky Soemarno menjadi Godfather atas proyek proyek di banyak BUMN.
Jelas ini harus dibuka di depan publik, berapa banyak proyek Ari Soemarno di sektor Migas, juga betapa berpengaruhnya Ongky Soemarno melakukan proses Assesment Dirut-Dirut BUMN, yang pada akhirnya semua BUMN bukan lagi bekerja untuk negara, tapi bekerja untuk keluarga Soemarno. Kalaupun pihak Kementerian BUMN membuka soal rekaman ini lengkap, maka semakin jelas bahwa keluarga Soemarno bermain, dan semakin banyak lembaga lembaga masyarakat non pemerintah melakukan investigasi adanya permainan BUMN yang dikuasai keluarga Soemarno.
Jejaring kekuatan Rini ada di dua hal. Di bidang keuangan ada Dirut BNI Achmad Baiquni di sektor ini Rini menguasai sekali jejaringnya untuk manajemen kepentingan pribadi di seluruh lingkungan Perbankan, di Politik ada "Teman Tapi Mesra"-nya Widjono Harjanto atau lebih dikenal nama "Onny" yang merupakan kader Partai Gerindra.
Untuk akses ke Prabowo sendiri sebenarnya bukan kepentingan politik saja, tapi ada hal-hal pribadi. Hubungan Onny dan Rini sudah jadi cerita lama yang berkembang di kalangan elite-elite. Sementara di kelompok Jokowi, Rini memegang kendali "Jaringan Solo" mereka ini adalah bawaan Jokowi dari Solo yang kemudian merapat ke Rini Soemarno.
Jokowi sendiri tampaknya masih diam melihat jaringan jaringan Rini berkembang dimana-mana, satu yang dipunyai Jokowi adalah ketulusan membangun bangsanya. Perkara anak buahnya yang nakal, ia akan mendiamkan dan memperhatikan bagaimana anak anak buahnya ini akan memperlihatkan sendiri kenakalannya di muka publik lalu menggali lubang kuburnya sendiri. Inilah gaya politik Jokowi yang sangat khas dengan budaya Solo, dimana seseorang akan dibiarkan menggambarkan dirinya dengan kelakuannya “becik ketitik olo ketoro”.
Sementara dengan pemecatan Dwi Soetjipto dan Elia Massa Manik serta banyak CEO-CEO BUMN yang diintimidasi oleh Rini akan tergerak hatinya, bahwa mereka bekerja untuk Perusahaan Negara bukan Perusahaan Keluarga Soemarno. Penyebutan rekaman soal "Pak Ari" dan "Kakak Yang Satu Lagi" (maksudnya Ongki Soemarno) menunjukkan bagaimana berkuasanya keluarga Soemarno di BUMN-BUMN, dan ini jelas menyalahi perintah Presiden Jokowi
Bahwa BUMN harus dikembangkan profesional dan bukan maenan proyek "orang dalam", bahkan Presiden menunjukkan bagaimana dua anak lelakinya Gibran dan Kaesang berbisnis tanpa melibatkan pengaruh kekuasaan, sementara Rini Soemarno menyelewengkan Perintah Presiden dengan menggunakan nepotisme yang amat kental dalam proyek proyek BUMN dengan melibatkan keluarganya, apapun sanggahan dari kasus rekaman ini sudah menunjukkan, seorang Dirut PLN merasa ketakutan untuk berbagi jatah dengan Ari Soemarno yang juga kakak dari Rini Soemarno.
Disitu juga Rini tergambarkan berusaha menjadi penengah, padahal semuanya ini sandiwara Rini di depan banyak Dirut Dirut BUMN soal Kakaknya itu.
Kebocoran rekaman itu akan membuka banyak hal-hal lain soal permainan proyek Rini Soemarno lainnya di BUMN-BUMN, juga akan mendorong keberanian para Dirut-Dirut BUMN yang selama ini dibawah intimidasi Rini Soemarno untuk menekan kepentingan bisnis keluarganya di perusahaan yang mereka kelola, rekaman ini sudah diakui benar adanya, tinggal bagaimana menginvestigasi rekaman ini karena ini soal kepentingan negara.
Presiden tentu juga senang adanya pengawasan dari masyarakat, dari netizen untuk membongkar kejahatan kejahatan yang merugikan nama Presiden dan juga nama BUMN. Indonesia tidak didirikan untuk satu dua orang, Indonesia ini punya jutaan rakyat, bisakah Rini bertanggung jawab terhadap jutaan rakyat itu.
Demi kepentingan masa depan Pertamina dan perbaikan perbaikan manajemen Pertamina yang bersih dari lingkungan Nepotisme dan Korupsi proyek, ada baiknya juga Dwi Soetjipto bicara, Elia Massa Manik bicara, jangan mau kalian berdua jadi korban atas ambisi keluarga ini, setelah kerja keras kalian siang malam membangun Pertamina kemudian ditendang hanya karena tidak mau melayani kepentingan pribadi Ari dan Rini.
Karena BUMN Untuk Negeri, Bukan Untuk Rini...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H