Mohon tunggu...
Rully Arnando
Rully Arnando Mohon Tunggu... -

kopi hitam, tempe mendoan , paper berserakan.. dan malamku tak berujung..

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Ari Soemarno di Balik Pencopotan Dwi Sutjipto dan Elia Massa Manik

24 April 2018   13:19 Diperbarui: 24 April 2018   22:02 25671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelihaian Ari dan Rini Dalam Manajemen Kepentingan di Pertamina

Ari dan Rini sangat pintar dalam mengelabui media, bayangkan dalam pencopotan tak wajar dari Dwi Soetjipto dan Elia Massa Manik, tidak ada media satupun yang mengendus ini adalah permainan dari Ari dan Rini. Bagaimana sensitifitas para analis politik dalam membaca politik logistik jelang Pilpres 2018, juga pertemuan antara Ari Soemarno dan Prabowo di Jepang.  

Padahal di tingkat elite sudah beredar kabar, pencopotan ini tidak diketahui Presiden, semua terjebak dalam keputusan fait accomply Rini Soemarno. Presiden berulang kali dikibulin Rini, sementara Luhut B Panjaitan juga sudah mati langkah, padahal Luhut adalah salah satu Menteri yang meneken persetujuan Elia Massa Manik maju.

Tujuan politik Ari dan Rini memang menempatkan Ahmad Bambang untuk memperkuat ISC dan memberikan lagi konsesi konsesi pada perusahaan rekanan Ari Soemarno seperti Glenncore untuk berkibar sebagai pengimpor utama minyak seraya memperkuat jaringan di dalam tubuh ISC. Walaupun di isukan bahwa Sofyan Basir Dirut PLN yang akan maju ke Pertamina, diperkirakan justru Ahmad Bambang-lah yang pegang kendali Pertamina. 

Ini juga berkaitan dengan Holding Migas, salah satu tujuan Holding Migas adalah menutupi kerugian besar PGN (Perusahaan Gas Negara) ini yang jarang dibaca publik. Dirut ISC Toto Nugroho, dipastikan akan diganti juga oleh "orangnya Ahmad Bambang". Ari dan Rini tidak bisa lagi bermain-main dengan "politik kamuflase jabatan" karena ia sedang dikejar waktu deadline pilpres untuk memegang kendali seluruh capres.

Kontrol paling penting dalam dunia politik adalah "siapa yang bisa mengontrol minyak bumi" dialah pemenang, Presiden Jokowi yang berniat kerja keras untuk membangun Republik ini, hanya terdiam  berkali-kali Presiden yang berhati tulus itu menunjuk seseorang yang mampu merestrukturisasi Pertamina, tetapi selalu dikerjain Ari dan Rini.

Inilah tragedi atas Pertamina, seluruh kekuatan politik seharusnya bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi di Pertamina, jangan sampai Pertamina seperti perusahaan keluarga, padahal bertanggung jawab terhadap jutaan rakyat. Para politisi yang mempunyai semangat nasionalisme dan cinta tanah air mempertanyakan "ada apa sebenarnya di dalam tubuh Pertamina?"

Juga para analis-analis politik telitilah bagaimana Politik Logistik Pertamina dimainkan sebagai instrumen instrumen pembiayaan politik. Bila ini  terjadi betapa bahayanya bangsa ini ketika melepaskan Pertamina di bawah bayang bayang jaringan mafia minyak impor  Ari Soemarno...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun