Kisah Tupperware menyelamatkan diri dari kebangkrutan memberikan pelajaran berharga bagi dunia bisnis.Â
Tupperware, merek legendaris asal Amerika Serikat yang identik dengan produk wadah penyimpanan makanan, sempat berada di ujung tanduk setelah mengajukan kebangkrutan pada September 2024.Â
Merek yang telah berdiri selama lebih dari tujuh dekade ini menghadapi tantangan finansial yang berat akibat penurunan penjualan dan ketidakmampuan bersaing di pasar yang semakin dinamis.Â
Namun, pada 29 Oktober 2024, Hakim Brendan Shannon di pengadilan Wilmington, Delaware, menyetujui langkah strategis Tupperware untuk menjual asetnya kepada pemberi pinjaman sebagai upaya restrukturisasi dan penyelamatan bisnis.Â
Keputusan ini menjadi titik balik yang memungkinkan Tupperware bangkit dari ambang kebangkrutan.
Krisis yang Mengguncang Tupperware
Tupperware pernah menjadi simbol kesuksesan dalam inovasi produk rumah tangga. Pada era 1950-an hingga 1990-an, merek ini dikenal dengan strategi pemasaran "Tupperware Party" yang inovatif, mempertemukan pelanggan dalam pertemuan informal yang bersifat personal.Â
Pada abad ke-21, Tupperware mulai mengalami penurunan kinerja.Â
Pola konsumsi masyarakat berubah, ditambah dengan persaingan dari produk-produk murah dan ramah lingkungan yang membanjiri pasar.
Masalah utama Tupperware adalah ketidakmampuan beradaptasi dengan tren digital.Â
Ketika merek-merek pesaing memanfaatkan platform e-commerce dan media sosial untuk menjangkau pelanggan, Tupperware tetap bergantung pada model bisnis tradisionalnya.Â
Akibatnya, penjualan terus menurun, sementara utang perusahaan semakin membengkak.Â
Pada pertengahan 2024, Tupperware menghadapi situasi genting dengan ancaman kebangkrutan yang nyata.
Restrukturisasi dan Penjualan Aset