Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasianer Terpopuler 2024, Pemerhati Lingkungan.

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mikroplastik: Ancaman Tak Terlihat dalam Setiap Tetes Air

14 Januari 2025   00:00 Diperbarui: 13 Januari 2025   23:33 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air dari keran. (sumber foto: Jandris_Sky)

Air adalah elemen kehidupan yang tak tergantikan. Namun, ancaman polusi kini menyusup hingga ke setiap tetes air yang kita konsumsi. 

Salah satu penyebabnya adalah mikroplastik, partikel kecil plastik dengan ukuran kurang dari 5 milimeter, yang telah menjadi ancaman tak terlihat bagi ekosistem dan kesehatan manusia. 

Ember penampungan air. (sumber foto: Jandris_Sky)
Ember penampungan air. (sumber foto: Jandris_Sky)

Mikroplastik tidak hanya mencemari lautan dan sungai, tetapi juga merembes ke dalam air minum, makanan, bahkan udara yang kita hirup.

Apa Itu Mikroplastik?

Mikroplastik adalah potongan kecil plastik yang berasal dari dua sumber utama: mikroplastik primer dan sekunder. 

Mikroplastik primer dibuat dengan ukuran kecil sejak awal, seperti yang ditemukan dalam produk kosmetik, pasta gigi, dan detergen. 

Kantong plastik. (sumber foto: Jandris_Sky)
Kantong plastik. (sumber foto: Jandris_Sky)

Sementara itu, mikroplastik sekunder terbentuk dari degradasi plastik yang lebih besar, seperti kantong plastik, botol, atau jaring ikan, yang terpecah menjadi partikel kecil akibat proses alamiah seperti paparan sinar matahari dan gelombang laut.

Sumber lain mikroplastik termasuk serat tekstil sintetis, seperti poliester dan akrilik, yang terlepas saat proses pencucian. 

Selain itu, ban kendaraan melepaskan partikel mikroplastik ke jalanan, yang kemudian terbawa hujan menuju saluran air. 

Semua ini menciptakan lingkaran setan pencemaran yang sulit dihentikan.

Penyebaran Mikroplastik di Air

Mikroplastik kini ditemukan hampir di mana-mana. 

Penelitian menunjukkan bahwa setiap tahun sekitar 8 juta ton plastik memasuki lautan, dan sebagian besar akhirnya terfragmentasi menjadi mikroplastik. 

Air keran. (sumber foto: Jandris_Sky)
Air keran. (sumber foto: Jandris_Sky)

Lautan bukan satu-satunya yang terkontaminasi; mikroplastik juga ditemukan di air sungai, danau, dan bahkan di air tanah.

Salah satu temuan mengejutkan adalah adanya mikroplastik dalam air minum. 

Baik air kemasan maupun air keran di berbagai negara menunjukkan kontaminasi mikroplastik, menandakan bahwa partikel ini telah menyusup ke dalam siklus air global.

Dampak Mikroplastik pada Ekosistem

Mikroplastik membawa dampak serius pada ekosistem air. 

Organisme seperti plankton sering kali tidak dapat membedakan mikroplastik dari makanan alami. 

Mikroplastik membawa dampak serius pada ekosistem air. (sumber foto: Jandris_Sky)
Mikroplastik membawa dampak serius pada ekosistem air. (sumber foto: Jandris_Sky)

Akibatnya, mikroplastik masuk ke dalam rantai makanan, mulai dari ikan kecil hingga predator puncak, termasuk manusia.

Mikroplastik juga bertindak sebagai magnet bagi polutan organik persisten (POPs) seperti pestisida dan logam berat. 

Ketika tertelan oleh organisme laut, racun ini terakumulasi dan memperparah dampak buruk pada kesehatan hewan. 

Penumpukan mikroplastik di permukaan air dapat mengurangi penetrasi cahaya matahari, yang menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton.

Fitoplankton tidak hanya menjadi fondasi utama rantai makanan laut, tetapi juga berkontribusi besar terhadap produksi oksigen di atmosfer. 

Dengan terganggunya populasi fitoplankton, mikroplastik secara tidak langsung memengaruhi kualitas udara dan keseimbangan ekosistem global.

Dampak Mikroplastik pada Kesehatan Manusia

Mikroplastik telah menjadi ancaman tersembunyi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Partikel ini masuk ke tubuh melalui makanan, air, dan bahkan udara. 

Dalam tubuh manusia, mikroplastik dapat menyebabkan peradangan, mengganggu fungsi organ, dan berpotensi menimbulkan dampak jangka panjang seperti gangguan hormonal dan risiko kanker.

Selain itu, mikroplastik sering kali mengandung bahan kimia beracun seperti bisfenol A (BPA) dan ftalat. 

Zat-zat ini dikenal sebagai pengganggu endokrin yang dapat memengaruhi sistem reproduksi, metabolisme, dan perkembangan tubuh.

Mengatasi Ancaman Mikroplastik

Mengurangi dampak mikroplastik memerlukan pendekatan menyeluruh yang melibatkan pemerintah, industri, dan masyarakat. 

Pemerintah perlu menerapkan regulasi yang ketat untuk mengurangi produksi plastik sekali pakai dan mengontrol pembuangan limbah plastik. 

Teknologi pengolahan air juga harus ditingkatkan untuk menyaring mikroplastik dari air limbah sebelum memasuki ekosistem.

Industri memiliki tanggung jawab untuk berinovasi dalam menciptakan bahan ramah lingkungan yang dapat menggantikan plastik konvensional. 

Sementara itu, konsumen dapat berkontribusi dengan mengurangi penggunaan plastik, memilih produk yang bebas mikroplastik, dan mendukung daur ulang.

Pendidikan masyarakat juga penting untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya mikroplastik dan mendorong perubahan perilaku. 

Kampanye publik, seperti pembersihan pantai dan sungai, dapat membantu mengurangi polusi plastik secara langsung sekaligus menanamkan rasa tanggung jawab terhadap lingkungan.

Mikroplastik adalah ancaman yang tak kasatmata tetapi sangat nyata. 

Partikel kecil ini menyusup ke dalam air, makanan, dan udara, menciptakan krisis polusi yang berdampak luas pada ekosistem dan kesehatan manusia. 

Untuk melawan ancaman ini, dibutuhkan kerja sama global yang melibatkan berbagai pihak. 

Dengan langkah-langkah yang tepat, kita masih memiliki peluang untuk mengurangi polusi mikroplastik dan melindungi sumber daya air yang vital bagi kehidupan.

Setiap tetes air yang kita minum seharusnya menjadi sumber kehidupan, bukan ancaman. 

Saatnya kita mengambil tindakan nyata untuk memastikan masa depan yang lebih bersih dan sehat bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun