Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memahami Fenomena Quiet Quitting: Perubahan Paradigma Kerja di Kalangan Milenial dan Gen Z

30 Oktober 2024   00:00 Diperbarui: 30 Oktober 2024   00:19 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Milenial dan Gen Z juga menginginkan pekerjaan yang memiliki visi dan dampak yang berarti bagi masyarakat atau lingkungan. (dok: pribadi)

"Fenomena quiet quitting di kalangan generasi muda, antara produktivitas dan kesehatan mental"

Fenomena quiet quitting belakangan menarik perhatian karena melibatkan pergeseran signifikan dalam cara generasi Milenial dan Gen Z mendekati pekerjaan. 

Istilah ini, yang pada dasarnya berarti bekerja sesuai deskripsi pekerjaan tanpa upaya tambahan atau komitmen melebihi tanggung jawab yang diminta, mencerminkan bentuk protes terhadap tuntutan kerja yang berlebihan. 

Bagi banyak orang di generasi muda, konsep bekerja dengan keras untuk mencapai "kesuksesan" konvensional mulai dipertanyakan karena berdampak langsung pada kesehatan mental dan kehidupan pribadi.

Generasi Milenial dan Gen Z tumbuh di tengah era digital, yang membuat mereka memiliki akses informasi yang lebih luas, termasuk pemahaman yang mendalam mengenai isu keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Kebutuhan akan fleksibilitas waktu dan keseimbangan hidup semakin tinggi, seiring banyaknya contoh dari generasi sebelumnya yang mengalami burnout dan gangguan kesehatan akibat jam kerja panjang dan tekanan untuk terus produktif. 

Quiet quitting hadir sebagai bentuk upaya generasi muda dalam menghindari kondisi ini, sekaligus memperjuangkan hak atas kehidupan yang lebih seimbang.

Fenomena quiet quitting bukan berarti generasi muda bekerja tanpa semangat atau malas, melainkan mereka berfokus untuk melakukan pekerjaan sesuai tuntutan dan batasan yang jelas. 

Fenomena ini sebenarnya menggambarkan tuntutan baru dari generasi yang menginginkan lebih dari sekadar gaji, tetapi juga pengalaman kerja yang positif dan bernilai. 

Generasi muda menghargai pekerjaan yang memberi makna serta mendukung perkembangan pribadi. 

Kesuksesan bukan sekadar soal jenjang karier, tetapi juga kualitas hidup, kebebasan waktu, dan kesehatan mental.

Dari sudut pandang perusahaan, quiet quitting mungkin terlihat sebagai tantangan, karena karyawan mungkin kurang proaktif dalam menyelesaikan pekerjaan di luar batas yang sudah ditentukan. 

Namun, ada pelajaran yang bisa diambil. Fenomena ini menandakan pentingnya perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung karyawan secara holistik. 

Fleksibilitas jam kerja, kesempatan belajar, dan lingkungan yang sehat secara mental menjadi aspek yang semakin diperlukan. 

Dalam kondisi seperti ini, perusahaan yang beradaptasi dan merespons kebutuhan generasi muda dapat menjaga karyawannya lebih lama dan meningkatkan kepuasan kerja mereka.

Salah satu alasan utama munculnya quiet quitting adalah kurangnya pengakuan dan penghargaan atas upaya ekstra yang telah dilakukan karyawan. 

Rasa tidak dihargai atau tidak mendapat dukungan dari atasan menjadi faktor pendorong bagi banyak orang untuk mengurangi komitmen pada pekerjaan. 

Oleh karena itu, budaya kerja yang menghargai karyawan dan memberikan apresiasi atas kontribusi mereka, baik kecil maupun besar, menjadi penting dalam mengatasi tren ini.

Generasi Milenial dan Gen Z juga menginginkan pekerjaan yang memiliki visi dan dampak yang berarti bagi masyarakat atau lingkungan. 

Mereka cenderung tidak tertarik pada perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan dampak sosial dan lingkungan. 

Perubahan paradigma ini dapat menjadi peluang bagi perusahaan untuk menyesuaikan visi dan misi dengan nilai-nilai yang sejalan dengan generasi muda, misalnya dengan mendukung program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) atau mempromosikan keberlanjutan.

Quiet quitting merefleksikan perubahan paradigma kerja generasi Milenial dan Gen Z yang berfokus pada pemenuhan diri dan keseimbangan hidup. 

Untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, perusahaan perlu mengubah pendekatan, tidak hanya menuntut hasil, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan karyawan. 

Pemahaman mendalam terhadap fenomena ini memungkinkan perusahaan dan generasi muda menemukan keseimbangan antara kepuasan pribadi dan produktivitas kerja, sekaligus membangun masa depan kerja yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun