Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Akselerasi Ekonomi Hijau dan Inklusif Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

24 Oktober 2024   00:00 Diperbarui: 24 Oktober 2024   00:53 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi hijau dan inklusif mendorong akselerasi pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. (sumber: bing image creator/AI)

Ekonomi hijau tidak hanya memastikan keberlanjutan alam dan lingkungan, tetapi juga memperkuat ketahanan iklim dan perekonomian Indonesia dalam menghadapi tantangan global.

Indonesia Emas 2045 merupakan visi besar yang ingin dicapai pada tahun 2045, saat Indonesia memperingati 100 tahun kemerdekaannya. 

Visi ini mencakup berbagai dimensi, termasuk pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberlanjutan lingkungan. 

Salah satu pilar penting untuk mewujudkan Indonesia Emas adalah pembangunan ekonomi yang hijau dan inklusif. 

Manfaat utama dari transisi menuju ekonomi hijau adalah peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB).

Bappenas memperkirakan bahwa ekonomi hijau dapat mendorong pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 6,1-6,5 persen per tahun hingga tahun 2050. 

Hal ini berarti bahwa dengan menerapkan kebijakan ekonomi hijau, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang, serta meningkatkan daya saingnya di kancah global.

Dari perspektif lingkungan, manfaat ekonomi hijau terlihat pada potensi pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) secara signifikan. 

Indonesia diproyeksikan dapat mengurangi 87-96 miliar ton emisi GRK pada periode 2021-2060. 

Selain itu, intensitas emisi di tahun 2045 diperkirakan akan turun sebesar 68 persen, yang sejalan dengan target global untuk mitigasi perubahan iklim. 

Pengurangan emisi ini juga mendukung terciptanya lingkungan yang lebih bersih dan sehat, dengan dampak positif terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Ekonomi hijau dan inklusif tidak hanya menjawab tantangan iklim dan sosial yang ada, tetapi juga mendorong akselerasi pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Ekonomi hijau adalah konsep pembangunan yang menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan. (sumber: bing image creator/AI)
Ekonomi hijau adalah konsep pembangunan yang menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan. (sumber: bing image creator/AI)

Manfaat lain yang menonjol dari transisi ekonomi hijau adalah peningkatan lapangan kerja di sektor green jobs. 

Bappenas memperkirakan bahwa pada tahun 2030, sebanyak 1,8 juta tambahan tenaga kerja akan terserap di sektor-sektor energi terbarukan, kendaraan elektronik, restorasi lahan, dan pengelolaan limbah. 

Ini menunjukkan bahwa ekonomi hijau tidak hanya berfokus pada pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga membuka peluang baru bagi pekerja Indonesia, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan sosial dan mengurangi tingkat pengangguran.

Ekonomi hijau adalah konsep pembangunan yang menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan lingkungan. 

Seiring dengan dampak perubahan iklim global, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelestarian alam, mengingat negara ini memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi serta sumber daya alam yang melimpah. 

Oleh karena itu, transisi menuju ekonomi hijau menjadi sangat mendesak. Indonesia harus berinvestasi lebih banyak dalam energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa untuk menggantikan ketergantungan pada bahan bakar fosil. 

Selain itu, sektor pertanian dan kehutanan juga perlu dioptimalkan melalui praktik-praktik ramah lingkungan seperti pertanian organik dan reforestasi untuk menjaga keseimbangan ekosistem.

Sektor industri juga memegang peranan penting dalam transisi ini. Industri manufaktur, transportasi, dan konstruksi harus mengadopsi teknologi bersih dan rendah emisi untuk mengurangi jejak karbon. 

Misalnya, pengembangan kota pintar (smart cities) yang mengintegrasikan teknologi hijau dalam tata kelola kota akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan ramah lingkungan. 

Melalui penerapan prinsip ekonomi sirkular, industri dapat mengurangi limbah, mendaur ulang bahan-bahan, dan meningkatkan efisiensi sumber daya. 

Dengan demikian, ekonomi hijau tidak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan, tetapi juga membuka peluang baru bagi pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi teknologi.

Namun, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan harus bersifat inklusif. Inklusivitas ekonomi berarti bahwa semua lapisan masyarakat, tanpa memandang latar belakang sosial, dapat terlibat aktif dan mendapatkan manfaat dari pembangunan. 

Ini mencakup akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan layak, dan kesempatan ekonomi lainnya. Digitalisasi dan teknologi informasi menjadi alat penting dalam mendorong inklusi ekonomi. 

UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dapat diberdayakan melalui akses ke platform digital untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing mereka. 

Di sisi lain, masyarakat di daerah terpencil dapat mendapatkan akses yang lebih baik ke layanan keuangan melalui teknologi fintech, yang akan mendorong inklusi keuangan.

Peran pemerintah dalam mewujudkan ekonomi hijau dan inklusif sangat krusial. Kebijakan yang mendukung pertumbuhan hijau, seperti insentif untuk investasi energi terbarukan, peraturan yang mendorong bisnis bertanggung jawab, serta perlindungan sosial yang lebih kuat bagi kelompok rentan, harus diprioritaskan. 

Kolaborasi dengan sektor swasta dan masyarakat juga sangat penting dalam menciptakan lingkungan ekonomi yang adil dan berkelanjutan. 

Program-program seperti pemberdayaan wirausaha sosial, pelatihan keterampilan hijau, dan pengembangan infrastruktur hijau dapat mendukung terciptanya ekonomi yang inklusif dan ramah lingkungan.

Akselerasi menuju ekonomi hijau dan inklusif juga memiliki implikasi besar terhadap daya saing Indonesia di tingkat global. 

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam ekonomi hijau, terutama di kawasan Asia Tenggara, dengan memanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah serta populasi muda yang kreatif dan inovatif. 

Dengan mengintegrasikan keberlanjutan lingkungan dan inklusi sosial ke dalam model ekonominya, Indonesia dapat menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Akselerasi menuju ekonomi hijau dan inklusif adalah kunci untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. 

Pembangunan yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan inklusi sosial tidak hanya akan memperkuat daya saing ekonomi Indonesia, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan tangguh. 

Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, Indonesia dapat mencapai visi besar ini dan menjadi negara yang berperan penting dalam perekonomian global di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun