"Kesempurnaan tak ada, hanya kesetiaan yang membawa kita hingga akhir usia"
Manusia sering kali terjebak dalam pencarian kesempurnaan, baik dalam diri mereka sendiri maupun dalam orang lain, terutama dalam hubungan.Â
Banyak dari kita berpikir bahwa menemukan seseorang yang "sempurna" adalah kunci kebahagiaan, seolah-olah pasangan tanpa cela akan mampu memberikan hidup yang tanpa masalah.Â
Jika kita jujur, hidup itu penuh dengan ketidaksempurnaan.Â
Keindahan justru terletak pada penerimaan terhadap kekurangan dan bagaimana kita menjalani hidup bersama orang yang mencintai kita apa adanya, bukan karena kesempurnaan, melainkan karena kebersamaan yang tulus.
Dalam hubungan, sering kali muncul harapan bahwa kita akan menemukan pasangan yang memenuhi semua ekspektasi kita: cerdas, tampan atau cantik, perhatian, penuh kasih, dan tanpa cacat.Â
Kenyataannya, manusia adalah makhluk yang kompleks.Â
Setiap individu memiliki kekurangan, dan tidak ada yang sempurna. Mencari yang sempurna berarti mengabaikan realitas ini.Â
Akibatnya, banyak orang merasa kecewa karena harapan yang mereka bangun sendiri terlalu tinggi dan sulit dicapai.
Sebaliknya, esensi dari sebuah hubungan bukanlah mencari yang sempurna, melainkan menemukan seseorang yang bersedia untuk bersama kita, saling mendukung, menerima kekurangan, dan terus bertumbuh bersama.Â
Dalam hubungan yang tulus, kedua pihak tidak berusaha menjadi sempurna, tetapi belajar menerima bahwa setiap orang memiliki ketidaksempurnaan yang unik.Â
Hubungan yang sehat adalah tentang menemukan keseimbangan antara menerima dan memberi, bukan tentang menetapkan standar ideal yang tidak realistis.
Dalam perjalanan hidup, terutama di usia senja, nilai sebuah hubungan terletak pada komitmen untuk saling menemani, bukan pada kesempurnaan.Â
Ketika usia terus bertambah, kita tidak lagi mencari kegemerlapan atau kesempurnaan fisik, melainkan kehangatan seseorang yang dapat mengisi hari-hari dengan kebersamaan.Â
Pasangan yang menemani kita hingga akhir usia adalah seseorang yang dengan sabar berbagi suka duka, yang memahami bahwa kehidupan adalah perjalanan panjang penuh tantangan dan kebahagiaan.Â
Bukan orang yang paling sempurna yang membuat hidup kita berarti, melainkan orang yang tetap bertahan meski badai datang dan pergi.
Hubungan yang langgeng tidak didasarkan pada kesempurnaan, melainkan pada keinginan untuk selalu ada, meski dalam keadaan sulit sekalipun.Â
Ketika kita muda, mungkin kita berangan-angan akan memiliki pasangan yang ideal dalam segala hal.Â
Namun, seiring bertambahnya usia, kita menyadari bahwa lebih penting memiliki seseorang yang selalu ada ketika kita membutuhkan dukungan, yang rela mendengarkan saat kita berbagi cerita, dan yang bersedia bersama kita ketika hidup tidak berjalan sesuai rencana.
Memilih untuk bersama seseorang yang tidak sempurna, namun tetap setia, adalah keputusan bijak.Â
Kesetiaan dan komitmen jauh lebih berharga daripada mencari kesempurnaan yang tak kunjung datang.Â
Menemani seseorang hingga akhir usia adalah tentang saling melengkapi dan memahami, bahwa ketidaksempurnaan adalah bagian dari keindahan hidup.
Pada akhirnya, kita akan menyadari bahwa apa yang benar-benar kita butuhkan bukanlah seseorang yang sempurna, melainkan seseorang yang selalu ada di samping kita, yang menerima kita apa adanya, dan yang tetap bertahan dalam suka dan duka.Â
Hidup adalah perjalanan yang penuh liku, dan tidak ada yang lebih indah daripada memiliki seseorang yang bersedia menemani kita sampai akhir usia.Â
Kita tidak perlu mencari kesempurnaan, karena yang sempurna mungkin tidak pernah ada. Cukup hanya mereka yang bersedia menemani kita dalam setiap langkah, hingga waktu memisahkan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H