Di sisi lain, biota laut juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global.Â
Terumbu karang, misalnya, bukan hanya menjadi rumah bagi ribuan spesies laut, tetapi juga berperan dalam melindungi pesisir dari erosi dan gelombang badai.Â
Sayangnya, sampah plastik yang mengapung di lautan sering kali merusak ekosistem terumbu karang.Â
Potongan plastik yang tersangkut pada karang dapat menghambat pertumbuhan dan menyebabkan penyakit pada karang.Â
Jika terumbu karang hancur, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh kehidupan laut, tetapi juga oleh manusia yang bergantung pada laut untuk pangan, ekonomi, dan perlindungan alam.
Apakah ini berarti biota laut kalah dalam pertarungan melawan plastik? Tidak sepenuhnya.Â
Meski dampaknya sudah sangat besar, ada upaya signifikan dari komunitas global untuk melawan polusi plastik.Â
Berbagai negara telah mulai mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memperkenalkan kebijakan daur ulang, dan mengembangkan alternatif plastik yang ramah lingkungan, seperti bioplastik yang terbuat dari bahan organik.Â
Upaya ini dirancang untuk mengurangi produksi dan pembuangan plastik yang mencemari lautan.
Selain itu, ada juga upaya konservasi yang fokus pada pemulihan ekosistem yang rusak.Â
Program rehabilitasi terumbu karang, pembersihan pantai, dan penyelamatan spesies yang terancam punah akibat sampah plastik telah menunjukkan dampak positif, meskipun skalanya masih terbatas.Â
Teknologi baru, seperti robot penyapu plastik di laut dan filter mikroplastik, juga menjadi senjata penting dalam melawan pencemaran plastik.
Namun, pada akhirnya, yang menentukan hasil dari pertarungan ini bukanlah semata-mata plastik atau biota, melainkan tindakan manusia.Â
Tanpa perubahan signifikan dalam cara kita memproduksi, menggunakan, dan membuang plastik, biota laut akan terus menderita.Â