Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Plastik Biodegradable: Solusi Lingkungan atau Tantangan Baru?

14 Oktober 2024   20:00 Diperbarui: 14 Oktober 2024   20:15 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Limbah plastik memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai, tergantung pada jenis plastik dan kondisi lingkungan. (dok: pribadi)

Plastik jenis ini menggunakan tanaman sebagai bahan baku, seperti jagung atau tebu, yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan minyak bumi. 

Hal ini terdengar sebagai kemajuan besar dalam upaya mengurangi jejak ekologis dari plastik.

Namun, meskipun plastik biodegradable diproduksi dari bahan yang lebih alami, cara pembuangannya memainkan peran penting dalam menentukan dampaknya terhadap lingkungan. 

Plastik ini tidak dimaksudkan untuk dibuang begitu saja di tempat sampah biasa atau fasilitas daur ulang. 

Sebaliknya, mereka membutuhkan penanganan khusus di fasilitas pengomposan industri, di mana kondisi yang tepat, seperti panas dan kelembaban, dapat membantu proses degradasi.

Di sinilah masalah utama muncul. Tidak semua tempat memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung pengolahan plastik biodegradable. 

Di banyak wilayah, plastik ini mungkin berakhir di tempat pembuangan akhir sampah atau bahkan di lautan, di mana mereka tidak terurai secepat yang diharapkan. 

Kondisi lingkungan yang kurang ideal, seperti suhu rendah atau kurangnya mikroorganisme yang diperlukan, juga dapat memperlambat proses degradasi. 

Dalam beberapa kasus, plastik biodegradable dapat bertindak mirip dengan plastik konvensional, yaitu tetap bertahan selama bertahun-tahun tanpa terurai sepenuhnya.

Selain itu, tidak semua bioplastik diciptakan sama. Beberapa dapat terurai lebih cepat daripada yang lain, tetapi hanya dalam kondisi yang sangat spesifik. 

Misalnya, bioplastik berbasis pati jagung atau tebu mungkin memerlukan kondisi pengomposan yang berbeda dibandingkan dengan Kaneka PHBH. 

Hal ini menimbulkan tantangan bagi sistem pengelolaan sampah yang ada, yang belum tentu mampu menangani berbagai jenis bioplastik ini dengan benar.

Dalam konteks ini, meskipun plastik biodegradable menawarkan beberapa keuntungan dibandingkan plastik konvensional, kita tidak bisa sepenuhnya mengandalkannya sebagai solusi lingkungan yang sempurna. 

Perbaikan pada infrastruktur pengelolaan sampah, edukasi masyarakat mengenai cara membuang plastik dengan benar, serta pengembangan teknologi yang lebih efisien dalam memproses plastik biodegradable menjadi kunci untuk memastikan bahwa produk ini benar-benar ramah lingkungan.

Plastik yang dapat terurai secara hayati memang memiliki potensi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun