Dalam tradisi ini, daun sirih dikunyah bersama pinang, kapur, dan gambir. Kombinasi bahan-bahan ini menghasilkan kunyahan yang berwarna merah setelah bercampur dengan air liur.Â
Warna merah inilah yang menjadi simbol kuat dalam banyak kebudayaan lokal, melambangkan penghormatan, kesucian, dan terkadang status sosial.Â
Bunga nona makan sirih memiliki warna yang mirip dengan hasil kunyahan sirih ini.Â
Pada ujung bunga-bunganya yang berwarna putih, terdapat sentuhan merah yang mencolok.Â
Kombinasi warna ini bukan hanya mempercantik bunga, tetapi juga mengingatkan kita pada warna kunyahan sirih.
Kombinasi bentuk daun yang mirip sirih dan warna merah di ujung bunga menciptakan asosiasi yang kuat dalam benak masyarakat.Â
Nama "nona makan sirih" pun diberikan sebagai bentuk penghormatan terhadap dua elemen visual ini.Â
Istilah "nona" sendiri dapat diartikan sebagai panggilan hormat untuk wanita muda, yang dalam konteks ini menggambarkan kecantikan dan kelembutan bunga, serupa dengan gambaran seorang nona yang anggun.
Nama Bunga Ini Tidak Hanya Sekadar Doal Penampilan.Â
Ada nilai historis dan budaya yang lebih dalam. Sirih, dalam banyak budaya di Indonesia, memiliki arti penting.Â
Sirih dikaitkan dengan keramahan, penerimaan tamu, dan ritual-ritual penting dalam pernikahan, pengobatan tradisional, dan bahkan upacara keagamaan.Â
Bunga nona makan sirih, dengan namanya yang terinspirasi dari tradisi ini, seolah menjadi simbol persatuan antara alam dan budaya.