Di Jakarta, misalnya, penerapan Electronic Road Pricing (ERP) bertujuan untuk mengendalikan volume kendaraan dengan menggunakan sensor yang dapat mendeteksi kendaraan yang melintas di jalan tertentu.Â
Sistem ini membantu mengurangi kemacetan dengan membebankan biaya bagi pengendara yang menggunakan jalan-jalan tertentu di jam sibuk.Â
Selain itu, kota Bandung juga memanfaatkan IoT dalam pengelolaan pencahayaan jalan melalui sistem lampu pintar yang otomatis menyesuaikan tingkat pencahayaan sesuai kondisi lingkungan, sehingga menghemat penggunaan energi listrik.
2. Big Data dalam Pengambilan Keputusan
Big data memainkan peran penting dalam membantu pemerintah kota menganalisis data yang dihasilkan dari berbagai perangkat IoT.Â
Data tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pola perilaku, mengidentifikasi masalah yang berpotensi terjadi, dan mengambil langkah proaktif untuk mengatasinya.Â
Di Indonesia, platform Jakarta Smart City memanfaatkan big data untuk menganalisis berbagai informasi dari transportasi, cuaca, hingga laporan warga, yang kemudian dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan kebijakan kota.
Contohnya, dalam sistem manajemen sampah, data dari sensor yang dipasang di tempat sampah pintar dapat memberi tahu petugas kebersihan ketika tempat sampah penuh.Â
Hal ini memungkinkan efisiensi rute pengangkutan sampah, yang tidak hanya menghemat biaya operasional, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan dari pemborosan bahan bakar kendaraan sampah.Â
Big data juga membantu dalam pemantauan kualitas udara, di mana data yang terkumpul dari sensor polusi udara digunakan untuk mengidentifikasi daerah dengan tingkat polusi yang tinggi, sehingga langkah-langkah mitigasi dapat segera dilakukan.
3. Contoh Implementasi di Indonesia
Indonesia telah mulai menerapkan berbagai inisiatif smart city di beberapa kota besar.Â
Salah satu contoh sukses adalah platform Jakarta Smart City yang diluncurkan untuk mengelola berbagai aspek perkotaan secara lebih terintegrasi.Â