Di dunia yang kerap kali dibayangi oleh konflik atas nama agama, dialog antaragama menjadi jembatan yang menghubungkan pemeluk agama yang berbeda, memungkinkan mereka untuk bekerja sama dalam mewujudkan tujuan-tujuan bersama, seperti mempromosikan keadilan sosial, melindungi lingkungan, dan membantu mereka yang terpinggirkan.
2. Membangun Jembatan, Bukan Tembok
Dalam berbagai pidato dan ajaran, Sri Paus Fransiskus sering kali mengingatkan pentingnya membangun jembatan, bukan tembok, antara pemeluk agama yang berbeda.Â
Membangun tembok mencerminkan sikap eksklusif dan defensif, yang hanya akan memperburuk ketegangan dan menciptakan jurang yang semakin dalam di antara umat manusia.Â
Sebaliknya, membangun jembatan melibatkan upaya untuk mendekatkan diri, mengatasi perbedaan, dan bekerja sama untuk kebaikan bersama.
Jembatan, dalam pengertian ini, adalah simbol keterbukaan, kerendahan hati, dan komitmen untuk hidup berdampingan dalam damai.
3. Contoh Nyata Membangun Jembatan
Sri Paus Fransiskus telah memberikan contoh nyata dalam membangun jembatan antarumat beragama.Â
Salah satu contoh yang menonjol adalah kunjungan beliau ke Uni Emirat Arab pada tahun 2019, di mana beliau menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia bersama dengan Sheikh Ahmed el-Tayeb, Imam Besar Al-Azhar.Â
Dokumen ini menegaskan komitmen bersama untuk mempromosikan persaudaraan dan perdamaian antara umat beragama, serta mengutuk segala bentuk kekerasan atas nama agama. Ini adalah langkah konkrit dalam membangun jembatan antara Kristen dan Islam, dua agama terbesar di dunia.
4. Tantangan dalam Membangun Jembatan