Papan catur tuna netra juga dilengkapi dengan lubang di bagian tengah setiap kotak. Lubang ini digunakan untuk menancapkan gagang bidak catur agar tidak bergeser selama permainan.Â
Bidak catur juga dimodifikasi, dengan gagang seperti paku di bagian bawahnya untuk memastikan bidak tetap pada posisinya di papan.Â
Bidak berwarna putih dan hitam diberi tanda yang berbeda, misalnya paku payung pada bagian atas bidak putih, agar pemain tuna netra dapat membedakan antara bidak putih dan hitam.
Dengan cara ini, pemain dapat merasakan perbedaan antara kotak hitam dan putih serta berbagai jenis bidak seperti Pion, Benteng, Gajah, Kuda, Ratu, dan Raja.
Teknik permainan catur untuk tuna netra hampir sama dengan permainan untuk orang yang melihat. Perbedaan utamanya adalah pada penggunaan daya ingat yang lebih intensif.Â
Pemain tuna netra harus menghafal teknik yang digunakan sejak pembukaan permainan, saat pertengahan, hingga akhir permainan.Â
Mereka juga harus mengingat delapan kotak vertikal yang diberi angka 1 hingga 8 dan delapan kotak horizontal yang ditandai dengan huruf A hingga H.Â
Dengan begitu, pemain dapat mengikuti ratusan kemungkinan kombinasi langkah dari kotak A1 sampai H8.
Selama permainan, pemain dengan gangguan penglihatan harus mengumumkan setiap gerakan mereka dengan suara keras, sehingga lawan dapat mengetahui langkah yang telah dilakukan.Â
Sebagai catatan, alih-alih menulis gerakan pada lembar skor, mereka mencatat gerakan dalam huruf Braille atau merekamnya pada perekam pita.