Kantong plastik singkong dibuat dari bahan dasar tumbuhan, khususnya singkong, yang menjadikannya pilihan ramah lingkungan.
Permasalahan limbah plastik telah menjadi isu global yang semakin mendesak untuk segera diatasi. Limbah plastik yang sulit terurai berdampak negatif terhadap lingkungan, mencemari ekosistem darat dan laut, serta mengancam kehidupan berbagai spesies.Â
Data dari [sipsn.menlhk.go.id](http://sipsn.menlhk.go.id) menunjukkan bahwa sekitar 18,9% dari timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2023 adalah sampah plastik.Â
Hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia dengan penanganan yang masih kurang optimal.
United Nations Environment Programme (UNEP) memprediksi bahwa jumlah sampah plastik yang masuk ke ekosistem laut akan meningkat hampir tiga kali lipat pada 2040 jika tidak ada upaya signifikan untuk mencegah polusi plastik.Â
Pada tahun 2016, UNEP mencatat sekitar 9-14 juta ton sampah plastik mencemari laut, dan jumlah ini berpotensi melonjak menjadi 23-27 juta ton pada tahun 2040.Â
Kondisi ini menunjukkan perlunya solusi inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi krisis limbah plastik.
Salah satu solusi yang mulai mendapatkan perhatian adalah penggunaan bioplastik atau plastik yang dapat terurai secara hayati.Â
Bioplastik ini dapat diproduksi dari bahan-bahan alami yang terbarukan, seperti singkong.Â
Kantong plastik singkong adalah salah satu inovasi dalam bioplastik yang terbuat dari pati singkong.Â
Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Fakultas Pertanian Universitas Lampung (FP Unila) menemukan bahwa kulit singkong masih mengandung pati sekitar 5,77%, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik.
Proses pembuatan kantong plastik singkong melibatkan pengolahan singkong menjadi tepung yang dicampur dengan gliserol untuk menghasilkan komponen plastik yang kuat dan tahan lama.Â
Proses ekstrusi pada suhu 100-160C menghasilkan pellet plastik, yang kemudian diproses lebih lanjut menjadi kantong plastik melalui mesin pelletizing, pemanasan, proses tiup, dan molding. Inovasi ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada plastik konvensional dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Pengembangan bioplastik seperti kantong plastik singkong tidak hanya berpotensi mengurangi limbah plastik, tetapi juga membuka peluang baru bagi sektor pertanian lokal.Â
Dengan memanfaatkan hasil singkong secara lebih maksimal, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi petani dan mendukung keberlanjutan ekonomi lokal.Â
Dalam jangka panjang, penggunaan bioplastik diharapkan dapat berkontribusi pada terciptanya masa depan yang lebih lestari dan berkelanjutan.
Ajakan untuk mengurangi penggunaan plastik konvensional dan beralih ke solusi yang lebih ramah lingkungan menjadi sangat penting.Â
Upaya bersama dari berbagai pihak diperlukan untuk mengatasi masalah limbah plastik dan menjaga kelestarian lingkungan bagi generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya