Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengadopsi Gaya Hidup Conscious Living dalam Upaya untuk Mengatasi Masalah Sampah Plastik

16 Juni 2024   11:38 Diperbarui: 16 Juni 2024   11:41 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampah plastik tidak mudah terurai dan seringkali berakhir sebagai sampah yang sulit didaur ulang (sumber foto: bing/AI)

Mengadopsi gaya hidup consensus living dalam upaya untuk mengatasi masalah sampah plastik


Masalah sampah plastik merupakan salah satu tantangan lingkungan global yang mendesak untuk diselesaikan. Setiap tahunnya, jutaan ton plastik sekali pakai seperti sedotan, wadah makanan, dan kemasan lainnya mencemari lingkungan, terutama laut. 

Sampah plastik ini tidak hanya mengancam kehidupan satwa laut tetapi juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2017, proyeksi timbulan sampah plastik nasional mencapai 9,2 juta ton, setara dengan 13,98% dari total volume timbulan sampah di Indonesia. 

Mengadopsi gaya hidup consensus living dalam upaya untuk mengatasi masalah sampah plastik (sumber foto: bing/AI)
Mengadopsi gaya hidup consensus living dalam upaya untuk mengatasi masalah sampah plastik (sumber foto: bing/AI)

Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah, dengan proyeksi mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2025, tetap setara dengan 13,98% dari total volume timbulan sampah periode tersebut. 

Di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, tingkat konsumsi plastik sekali pakai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi. 

Meskipun plastik sekali pakai memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari, dampak negatifnya terhadap lingkungan sangat besar. 

Patau bahkan tidak bisa didaur ulang sama sekali.

Indonesia sering kali disorot sebagai salah satu negara penghasil sampah plastik terbesar di dunia, sekaligus memiliki penanganan sampah yang buruk.

Untuk mengatasi masalah ini, mengadopsi gaya hidup conscious living menjadi langkah yang efektif dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun