"Mina Padi" petani dapat memanen dua komoditas dari satu lahan, yaitu padi dan ikan. Hal ini meningkatkan produktivitas lahan dan diversifikasi sumber pendapatan bagi petani.
Dalam menghadapi tantangan pertanian abad 21, inovasi menjadi kunci utama untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan.Â
Pertumbuhan populasi yang pesat, perubahan iklim, dan keterbatasan lahan pertanian mendorong para petani dan peneliti untuk mencari metode baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan.Â
Salah satu inovasi yang muncul dari upaya ini adalah teknik Mina Padi.
Teknik Mina Padi pertama kali diperkenalkan sebagai solusi untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi oleh para petani tradisional.Â
Sawah padi seringkali menghadapi ancaman dari hama, degradasi tanah akibat penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan, serta fluktuasi pendapatan karena ketergantungan pada satu jenis komoditas.
Konsep Mina Padi sendiri berakar dari praktik pertanian terpadu yang telah lama dikenal di beberapa budaya agraris di Asia.Â
Namun, baru belakangan ini, metode ini diadopsi secara lebih luas dengan dukungan penelitian ilmiah dan teknologi modern.Â
Di Indonesia, teknik Mina Padi mendapatkan perhatian khusus karena cocok dengan kondisi iklim dan sosial-ekonomi petani lokal.
Tujuan utama dari teknik Mina Padi adalah untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan sumber daya, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.Â
Dengan menggabungkan budidaya padi dan ikan dalam satu lahan, petani dapat memanen dua komoditas dari satu area, yang tidak hanya meningkatkan hasil panen tetapi juga diversifikasi sumber pendapatan mereka.Â
Ikan yang dipelihara di sawah berperan dalam mengendalikan populasi hama secara alami, sementara kotoran ikan berfungsi sebagai pupuk organik yang memperbaiki kesuburan tanah.
Teknik Mina Padi memiliki potensi besar untuk mendukung pencapaian beberapa tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).Â