Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dari Sampah Elektronik Menjadi Pot: Prinsip Ekonomi Sirkular Tanaman Estetis yang Ramah Lingkungan

2 Juni 2024   00:00 Diperbarui: 2 Juni 2024   00:02 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersihkan bagian dalam casing lampu LED (dok: pribadi)

Buat beberapa lubang kecil di bagian bawah casing untuk memastikan drainase yang baik bagi tanaman.

6. Penanaman:

Isi casing dengan media tanam yang sesuai, seperti tanah atau hidrogel. Tanam tanaman yang mudah tumbuh di media ini, misalnya tanaman sukulen atau tanaman air.

Lakukan penanaman dengan media tanah atau air (dok: pribadi)
Lakukan penanaman dengan media tanah atau air (dok: pribadi)

7. Penempatan:

Tempatkan pot tanaman dari lampu LED di lokasi yang diinginkan, seperti di meja dan lantai.

Tanaman
Tanaman "Janda Bolong" dengan pot dari lampu LED bekas (dok: pribadi)

Proyek ini Memiliki Potensi Keberlanjutan Yang Tinggi. 

Dengan terus mengumpulkan dan mendaur ulang lampu LED bekas, kita dapat mengurangi jumlah limbah elektronik yang berakhir di tempat pembuangan akhir. 

Selain itu, inisiatif ini mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya daur ulang dan pemanfaatan kembali barang bekas, yang pada akhirnya dapat menginspirasi lebih banyak proyek berkelanjutan. 

Dalam jangka panjang, pengembangan industri kreatif berbasis daur ulang dapat membuka peluang ekonomi baru dan mengurangi dampak lingkungan dari produksi barang baru.

Dengan demikian, pemanfaatan limbah lampu LED bekas sebagai pot tanaman tidak hanya memberikan solusi praktis dan estetis bagi permasalahan limbah elektronik tetapi juga mendukung prinsip ekonomi sirkular dan keberlanjutan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun