Corat-coret seragam sekolah tidak dianjurkan dan harus dihindari karena tidak sesuai dengan nilai-nilai moral dan kedisiplinan yang harus dijunjung tinggi dalam pendidikan.
Fenomena budaya corat-coret baju sekolah telah menjadi perdebatan yang hangat di kalangan masyarakat.Â
Sebagian melihatnya sebagai bentuk ekspresi kreatif dan kebebasan individual, sementara yang lain menganggapnya sebagai tindakan yang mencerminkan rendahnya moral dan kurangnya penghargaan terhadap seragam sekolah.
Di satu sisi, pendukung budaya corat-coret baju sekolah berpendapat bahwa hal ini adalah cara bagi individu untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan identitas mereka.Â
Mereka melihatnya sebagai bentuk pembebasan dari aturan yang ketat dan norma-norma sosial yang mengikat. Selain itu, mereka berargumen bahwa corat-coret baju sekolah bisa menjadi platform untuk menyampaikan pesan-pesan positif atau menyuarakan masalah-masalah yang dianggap penting.
Aksi corat-coret seragam sekolah menciptakan gambaran negatif tentang perilaku siswa, tetapi juga menimbulkan kerugian bagi sekolah dan masyarakat.
Namun, di sisi lain, banyak yang menentang budaya ini, menganggapnya sebagai tindakan yang merusak dan tidak pantas.Â
Mereka berpendapat bahwa corat-coret baju sekolah merugikan sekolah, guru, dan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini juga dianggap sebagai pelanggaran terhadap norma dan nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi dalam pendidikan, seperti rasa tanggung jawab dan kedisiplinan.
Perdebatan ini telah mengarah pada upaya-upaya untuk menemukan solusi yang memuaskan bagi kedua belah pihak.Â
Untuk menyelesaikan kontroversi terkait budaya corat-coret kelulusan, ada beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
1. Edukasi dan Kesadaran:Â
Penting untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pentingnya menjaga properti publik dan menghargai lingkungan.Â