Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengenang "Joko Pinurbo" dan Perjamuan Khong Guan

27 April 2024   20:23 Diperbarui: 27 April 2024   20:26 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjamuan Khong Guan (sumber: Gramedia)


Ibu yang hatinya kokoh membelah

dan memotong-motong bulan

dan memberikannya

kepada anak-anaknya yang ngowoh

Anak-anak gelisah...

sebab ayah mereka tak kunjung pulang

Penggalan puisi Jokpin "Perjamuan Khong Guan" 2019

Saat memasuki dunia puisi "Perjamuan Khong Guan" karya Jokpin, seakan aku diundang untuk merenungkan makna-makna tersembunyi di balik kata-kata yang sederhana namun penuh kesan. 

Mengapa demikian? 

Sebab, setiap bait puisi dalam kumpulan ini seperti menjelma menjadi cermin yang memantulkan kehidupan sosial dan spiritual kita.

Dalam menyusuri lekuk-lekuk puisi Pak Joko Pinurbo, aku dibawa pada perjalanan yang memperlihatkan betapa hal-hal sepele dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya memiliki makna yang mendalam. 

Puisi-puisi ini seperti sebuah peringatan, mengajakku untuk lebih memperhatikan setiap momen dan interaksi di sekitarku.

Satu hal yang patut disoroti adalah gaya bahasa yang digunakan oleh Pak Joko Pinurbo. 

Tanpa berlebihan, dia menyampaikan pesannya dengan bahasa yang lucu namun mengena. 

Tidak jarang, dalam kehalusan kata-katanya, dia juga menyelipkan sindiran terhadap elit politik, menggambarkan keresahan sosial yang terjadi.

Salah satu bait puisi yang sangat menyentuh hatiku adalah:

Tuhan, ponsel saya

rusak dibanting gempa

Nomor kontak saya hilang semua

Satu-satunya yang tersisa

Adalah NomorMu

Tuhan berkata:

Dan itulah satu-satunya Nomor

Yang tak pernah kau sapa.

Dalam bait ini, Pak Joko Pinurbo memperlihatkan betapa kita sering kali terlena dengan kesibukan dunia yang sementara, sehingga melupakan hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa. 

Pesan yang disampaikan begitu sederhana namun dalam, mengingatkan kita untuk tidak melupakan aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, melalui kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan", Jokpin tidak hanya mengajak untuk menikmati keindahan kata-kata, tetapi juga untuk merenungkan makna-makna yang tersembunyi di dalamnya. 

Ia menjadi sebuah peringatan yang menggetarkan jiwa, untuk tidak terlena dalam kesibukan dunia yang fana, melainkan untuk selalu mengingat dan menghargai keberadaan dan hubungan kita dengan Tuhan.

"Selamat jalan sahabat ku, karya mu kan di kenang sepanjang masa"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun