Ibu yang hatinya kokoh membelah
dan memotong-motong bulan
dan memberikannya
kepada anak-anaknya yang ngowoh
Anak-anak gelisah...
sebab ayah mereka tak kunjung pulang
Penggalan puisi Jokpin "Perjamuan Khong Guan" 2019
Saat memasuki dunia puisi "Perjamuan Khong Guan" karya Jokpin, seakan aku diundang untuk merenungkan makna-makna tersembunyi di balik kata-kata yang sederhana namun penuh kesan.Â
Mengapa demikian?Â
Sebab, setiap bait puisi dalam kumpulan ini seperti menjelma menjadi cermin yang memantulkan kehidupan sosial dan spiritual kita.
Dalam menyusuri lekuk-lekuk puisi Pak Joko Pinurbo, aku dibawa pada perjalanan yang memperlihatkan betapa hal-hal sepele dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya memiliki makna yang mendalam.Â
Puisi-puisi ini seperti sebuah peringatan, mengajakku untuk lebih memperhatikan setiap momen dan interaksi di sekitarku.
Satu hal yang patut disoroti adalah gaya bahasa yang digunakan oleh Pak Joko Pinurbo.Â
Tanpa berlebihan, dia menyampaikan pesannya dengan bahasa yang lucu namun mengena.Â
Tidak jarang, dalam kehalusan kata-katanya, dia juga menyelipkan sindiran terhadap elit politik, menggambarkan keresahan sosial yang terjadi.
Salah satu bait puisi yang sangat menyentuh hatiku adalah:
Tuhan, ponsel saya
rusak dibanting gempa
Nomor kontak saya hilang semua
Satu-satunya yang tersisa
Adalah NomorMu
Tuhan berkata:
Dan itulah satu-satunya Nomor
Yang tak pernah kau sapa.
Dalam bait ini, Pak Joko Pinurbo memperlihatkan betapa kita sering kali terlena dengan kesibukan dunia yang sementara, sehingga melupakan hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa.Â
Pesan yang disampaikan begitu sederhana namun dalam, mengingatkan kita untuk tidak melupakan aspek spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, melalui kumpulan puisi "Perjamuan Khong Guan", Jokpin tidak hanya mengajak untuk menikmati keindahan kata-kata, tetapi juga untuk merenungkan makna-makna yang tersembunyi di dalamnya.Â
Ia menjadi sebuah peringatan yang menggetarkan jiwa, untuk tidak terlena dalam kesibukan dunia yang fana, melainkan untuk selalu mengingat dan menghargai keberadaan dan hubungan kita dengan Tuhan.
"Selamat jalan sahabat ku, karya mu kan di kenang sepanjang masa"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H