Meskipun Prabu Sirnaraja mengakui keunggulan Islam, ia tetap memilih untuk mempertahankan agamanya yang lama karena usianya yang sudah lanjut.Â
Namun, ia mewariskan pesan bahwa Agama Islam harus diikuti oleh penerusnya.
Dengan demikian, Kerajaan Rajadesa diserahkan kepada buyut turunannya, Susuhunan Rangga, yang memeluk Agama Islam dengan gelar Kyai Wira Desa.Â
Prabu Sirnaraja beserta para pengikutnya pun meninggalkan dunia ini.
Namun, perjalanan Kerajaan Rajadesa tidak selalu mulus, setelah wafatnya Kyai Wira Desa, terjadi pembagian kekuasaan di antara penerusnya.Â
Kerajaan Rajadesa dipegang oleh Dipati Wiramantri, sementara Babakan Utara diperintah oleh Dipati Rahong.
Konflik pun muncul ketika Dipati Rahong merasa iri terhadap kedudukan Dipati Wiramantri dan berkeinginan merebut kekuasaan.Â
Peristiwa berdarah pun tak terhindarkan, di mana dua keturunan Kyai Wira Desa, Dipati Rahong dan Dipati Wiramantri, berseteru memperebutkan tahta Kerajaan Rajadesa.
Pertarungan antara keduanya mencerminkan tantangan dalam menjalankan wangsit dan mempertahankan tahta kerajaan.Â
Di satu sisi, Dipati Rahong berambisi merebut kekuasaan, sedangkan Dipati Wiramantri bertekad mempertahankan warisan wangsit dari ayahandanya, Kyai Wira Desa.