Tanaman belimbing hutan turut berperan dalam menjaga kualitas udara. Melalui proses fotosintesis, pohon ini menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen, memberikan kontribusi positif terhadap keseimbangan atmosfer
Keajaiban tanaman belimbing hutan, sejuta manfaat dari tanaman yang merakyat. Dikenal dengan berbagai nama lokal seperti belimbing tanah, blimbing-blimbingan (Jawa), dan cacalincingan (Sunda) di Indonesia, serta belimbing tanah dan tongkong di Malaysia, pohon belimbing hutan (lavender sorrel atau barrelier dalam bahasa Inggris) adalah kekayaan alam yang serba guna dan merakyat.Â
Meskipun tidak tumbuh besar, tanaman ini menghadirkan sejuta manfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Tanaman belimbing hutan memiliki keunikannya sendiri. Tidak mencapai ketinggian yang mencolok, tanaman ini tumbuh sekitar dua jengkal dari tanah, namun keberadaannya sungguh tak tergantikan.Â
Satu keistimewaan yang membuatnya diminati adalah kemampuannya dalam membantu menurunkan kadar gula darah. Cara yang umum digunakan adalah dengan merebus bagian tanamannya dan mengonsumsinya.
Buah belimbing hutan, kecil namun penuh manfaat, membawa sensasi asam yang segar.Â
Bentuknya yang menyerupai belimbing menjadikannya ikonik, dan rasanya yang asam membuatnya menjadi camilan yang lezat.Â
Selain menjadi sumber gizi dan rasa yang unik, buah ini juga menjadi bahan yang digunakan dalam berbagai hidangan lokal, memberikan citarasa khas pada masakan tradisional.
Namun, sayangnya, tanaman belimbing hutan menghadapi tantangan akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.Â
Tanaman belimbing hutan menghadapi sejumlah tantangan serius akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.Â
Berikut adalah beberapa tantangan utama yang perlu diatasi untuk menjaga kelangsungan dan keberlanjutan tanaman ini:
1. Perubahan Iklim:
Perubahan iklim yang terjadi secara global memengaruhi suhu, curah hujan, dan pola cuaca. Tanaman belimbing hutan, yang telah beradaptasi terhadap kondisi iklim tertentu, dapat mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan yang cepat dan drastis ini. Variabilitas iklim dapat memengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tanaman.
2. Deforestasi:
Aktivitas manusia seperti deforestasi merupakan ancaman utama bagi tanaman belimbing hutan. Pembabatan hutan untuk keperluan pertanian, perkebunan, atau eksploitasi kayu dapat mengakibatkan hilangnya habitat, menyebabkan penurunan populasi tanaman, dan memicu kerusakan ekosistem.
3. Pencemaran Lingkungan:
Pencemaran air dan udara dari aktivitas industri dan perkotaan dapat memberikan dampak negatif pada kesehatan tanaman belimbing hutan. Pencemaran ini dapat merusak tanah tempat tumbuhnya, mempengaruhi kualitas air yang diperlukan untuk pertumbuhannya, dan menyebabkan stres pada tanaman.
4. Perubahan Penggunaan Lahan:
Perubahan penggunaan lahan, termasuk konversi hutan menjadi lahan pertanian atau perumahan, dapat mengurangi luas habitat tanaman belimbing hutan. Hal ini dapat menghambat reproduksi dan mobilitas spesies yang bergantung pada ekosistem hutan.
5. Ketidakseimbangan Ekosistem:
Perubahan yang terjadi pada ekosistem tempat tumbuhnya tanaman belimbing hutan dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam rantai makanan. Ini bisa berdampak pada berbagai fauna yang bergantung pada tanaman ini sebagai habitat dan sumber makanan.
Untuk melindungi tanaman belimbing hutan, langkah-langkah pelestarian yang komprehensif perlu diambil.Â
Hal ini mencakup pengelolaan hutan yang berkelanjutan, penanaman kembali, edukasi masyarakat tentang pentingnya keanekaragaman hayati, dan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mengatasi perubahan iklim.Â
Dengan cara ini, kita dapat bersama-sama menjaga keberlanjutan dan kelestarian tanaman belimbing hutan serta ekosistemnya.
Penting bagi kita untuk memahami peran pentingnya dalam ekosistem dan kehidupan sehari-hari.Â
Upaya konservasi dan penanaman ulang menjadi kunci untuk memastikan bahwa keberadaan tanaman belimbing hutan tetap lestari, memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi kesehatan dan keberagaman kuliner masyarakat.Â
Dengan merawatnya, kita juga ikut serta dalam menjaga warisan alam yang bernilai ini untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H