Ekosistem karbon biru, seperti mangrove, padang lamun, dan rumput laut, mendapatkan perhatian yang semakin meningkat karena peran kuncinya dalam menyerap karbon di lingkungan laut.Â
Indonesia, dengan kekayaan alamnya, memiliki potensi besar untuk memanfaatkan ekosistem ini sebagai aset berharga dalam perdagangan karbon internasional.
Mangrove, dengan akar yang kuat, tidak hanya menyediakan habitat yang kaya biodiversitas, tetapi juga berfungsi sebagai penyerap karbon yang sangat efisien.Â
Begitu juga padang lamun dan rumput laut, keduanya berperan dalam menyimpan karbon di sedimen bawah laut.Â
Ekosistem Karbon Biru merupakan suatu istilah yang merujuk pada berbagai ekosistem laut, seperti mangrove, padang lamun, dan rumput laut, yang memiliki peran kunci dalam menyerap dan menyimpan karbon di lingkungan laut.Â
Keberadaan tumbuhan dan organisme laut dalam ekosistem ini membantu mengurangi kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer melalui proses fotosintesis dan penyerapan karbon ke dalam tanah atau sedimen laut.Â
Keberadaan ekosistem ini di perairan Indonesia menciptakan dasar yang solid untuk memitigasi emisi karbon.
Mangrove: Menjaga Pantai dan Menyerap Karbon
Mangrove, seperti yang dapat ditemukan di pesisir Indonesia, bukan hanya memberikan perlindungan terhadap badai dan gelombang laut, tetapi juga memiliki peran penting dalam menyerap karbon.Â
Akar mangrove yang kuat berfungsi sebagai penyaring alami, menangkap partikel karbon dan menyimpannya dalam tanah rawa bakau. Contoh konkret dapat ditemukan di hutan mangrove di Teluk Kiluan, Sumatra Selatan, yang tidak hanya melindungi pantai dari abrasi, tetapi juga berkontribusi pada penyerapan karbon yang signifikan.
Padang Lamun: Keanekaragaman Hayati dan Penyimpan Karbon
Padang lamun, seperti yang ada di perairan Karimunjawa, Jawa Tengah, menunjukkan peran kritis dalam menjaga keanekaragaman hayati laut dan juga sebagai penyimpan karbon.Â
Padang lamun menyediakan habitat yang penting bagi berbagai spesies laut dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan karbon di sedimen laut.Â
Melindungi dan melestarikan padang lamun di wilayah ini bukan hanya upaya untuk mempertahankan keanekaragaman hayati, tetapi juga kontribusi pada penyerapan karbon yang berkelanjutan.
Rumput Laut: Pelindung dan Penyumbang Karbon di Lautan
Rumput laut, seperti yang dapat ditemui di perairan Sulawesi, tidak hanya menjadi pelindung bagi ikan muda dan tempat berkumpulnya biota laut, tetapi juga menyumbang pada penyerapan karbon.Â
Proses fotosintesis rumput laut mengubah karbon dioksida menjadi oksigen dan menyimpan karbon dalam jaringan mereka.Â
Pemeliharaan ekosistem rumput laut di perairan ini tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan laut tetapi juga menjadi elemen penting dalam perangkap karbon di lautan.
Minat investasi pada proyek karbon biru semakin meningkat seiring pemahaman akan pentingnya perlindungan dan restorasi ekosistem laut.Â
Bursa Karbon Indonesia, yang baru-baru ini diluncurkan, mencerminkan komitmen nyata pemerintah dalam mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Namun, kendala pemahaman tentang mekanisme pasar karbon masih menjadi tantangan.
Perlu dilakukan dialog ilmiah dan kolaborasi antara pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pasar karbon.Â
Edukasi tentang manfaat ekosistem karbon biru dan cara efektif mengintegrasikan mereka dalam strategi mitigasi perubahan iklim menjadi kunci dalam menggerakkan investasi dan partisipasi lebih lanjut.
Melalui langkah-langkah ini, Indonesia dapat memanfaatkan potensi ekosistem karbon biru tidak hanya untuk keberlanjutan lingkungan, tetapi juga sebagai sumber potensial dalam pasar karbon global.Â
Dengan kolaborasi yang kokoh dan pemahaman yang lebih baik, Indonesia dapat menjadi pemimpin dalam menjalankan inisiatif karbon biru untuk menghadapi tantangan perubahan iklim di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H