Misalkan kita yang biasanya menyajikan dua porsi nasi saat makan malam memutuskan untuk menguranginya menjadi satu porsi.Â
Kita menyadari bahwa hal ini dapat membuat kenyang dan puas dengan porsi yang lebih kecil, tanpa perlu membebani tubuh dengan jumlah makanan yang berlebihan.
3. Mengidentifikasi sinyal lapar dan kenyang:Â
Sebagai contoh, kita sedang duduk di meja makan dan merasa lapar setelah hari yang panjang.Â
Sebelum langsung mengambil camilan, mereka berhenti sejenak untuk memahami apakah lapar tersebut muncul karena kebutuhan fisik atau karena stres.Â
Dengan cara ini, kita membuat pilihan makan yang lebih sadar dan sesuai dengan kebutuhan sebenarnya.
Dengan memfokuskan perhatian pada tekstur, rasa, dan sensasi makanan, kita membangun hubungan yang lebih mendalam dengan konsumsi harian kita.
Mengurangi porsi makanan juga menjadi fokus utama. Bukan sekadar soal menghitung kalori, melainkan memahami kebutuhan tubuh dan memberikan makanan sesuai dengan itu.Â
Dengan menyajikan porsi yang sesuai, kita belajar mendengarkan sinyal kenyang, mencegah overeating, dan menghargai rasa tanpa membebani tubuh.
Mindful eating juga mengajarkan kita mengidentifikasi sinyal lapar dan kenyang yang sebenarnya.Â
Apakah kita lapar karena emosi atau karena tubuh membutuhkan nutrisi?Â
Pertanyaan ini membantu kita membuat keputusan makan yang lebih bijak, menghindari jebakan diet yang mengarah pada kegagalan.
Lebih dari sekadar solusi diet, mindful eating menciptakan fondasi untuk hidup sehat yang berkelanjutan.Â