Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Limbah Elektronik: Ancaman Serius bagi Biodiversitas dan Cara Mengatasinya

5 Desember 2023   00:00 Diperbarui: 5 Desember 2023   00:21 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengawasan dan penanganan, untuk mengurangi dampak negatif dari limbah elektronik (Dok. Pribadi)

Limbah elektronik atau e-waste merupakan barang elektronik yang sudah tidak terpakai lagi dan tidak dapat dijual kembali, seperti ponsel, laptop, komputer, televisi, dan peralatan elektronik lainnya.

Limbah elektronik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengandung bahan berbahaya yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati. 

Menurut laporan Global E-waste Monitor 2020, jumlah limbah elektronik global diperkirakan mencapai 53,6 juta ton pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 74,7 juta ton pada tahun 2030 jika tidak ada tindakan yang dilakukan.

Dampak Negatif Limbah Elektronik Terhadap Biodiversitas

Limbah elektronik mengandung bahan-bahan berbahaya seperti timah, merkuri, kadmium, dan arsenik yang dapat mencemari tanah, air, dan udara. 

Bahan-bahan tersebut berpotensi menyebabkan masalah kesehatan seperti kerusakan sistem saraf, kanker, dan masalah kesehatan lainnya. Selain itu, pembuangan limbah elektronik yang tidak tepat dapat membahayakan lingkungan hidup karena dapat mencemari tanah dan air, merusak ekosistem, dan mempengaruhi keseimbangan lingkungan.

Salah satu contoh dampak negatif limbah elektronik terhadap biodiversitas adalah kasus di Guiyu, China, yang dikenal sebagai tempat pembongkaran limbah elektronik terbesar di dunia. 

Di sana, limbah elektronik dibakar, direndam, dan dilebur untuk memisahkan logam berharga dari komponen lainnya. 

Proses ini menghasilkan asap, debu, dan limbah cair yang beracun dan mencemari udara, tanah, dan air. Akibatnya, tanaman, hewan, dan manusia yang tinggal di sekitar daerah tersebut mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti keracunan timbal, gangguan pernapasan, dan kerusakan organ.

Pengawasan dan penanganan, untuk mengurangi dampak negatif dari limbah elektronik (Dok. Pribadi)
Pengawasan dan penanganan, untuk mengurangi dampak negatif dari limbah elektronik (Dok. Pribadi)

Solusi dan Penanganan Limbah Elektronik.

Untuk mengurangi dampak negatif limbah elektronik terhadap biodiversitas, diperlukan tindakan yang serius dari berbagai pihak, baik pemerintah, produsen, konsumen, maupun pengelola limbah. 

Beberapa solusi dan penanganan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).                                            

Mengurangi produksi dan konsumsi barang elektronik, menggunakan kembali barang elektronik yang masih layak, dan mendaur ulang barang elektronik yang sudah tidak terpakai. 

Daur ulang limbah elektronik adalah salah satu tindakan yang paling efektif untuk mengurangi dampak negatif limbah elektronik terhadap lingkungan. Daur ulang limbah elektronik dapat mengurangi jumlah limbah elektronik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam yang terbatas.

2. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan limbah elektronik yang ramah lingkungan.

Masyarakat dapat berperan aktif dalam mengumpulkan, menyortir, dan menyerahkan limbah elektronik ke tempat yang tepat, seperti bank sampah, lembaga sosial, atau perusahaan daur ulang. 

Masyarakat juga dapat memanfaatkan program tukar tambah, pengembalian, atau pengambilan kembali barang elektronik yang disediakan oleh produsen atau penjual.

Limbah baterai (Dok. Pribadi)
Limbah baterai (Dok. Pribadi)

3. Mendorong penerapan Extended Producer Responsibility (EPR).                       

Tanggung jawab produsen barang elektronik untuk mengelola limbah elektronik yang dihasilkan dari produknya. EPR dapat berupa desain produk yang ramah lingkungan, penggunaan bahan yang mudah didaur ulang, penyediaan fasilitas daur ulang, atau pembayaran biaya pengelolaan limbah elektronik.

Pengelolaan limbah elektronik (Dok. Pribadi)
Pengelolaan limbah elektronik (Dok. Pribadi)

4. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan limbah elektronik, baik secara formal maupun informal.             

Pengelolaan limbah elektronik yang formal melibatkan pemerintah, perusahaan, atau lembaga yang memiliki izin dan standar untuk melakukan kegiatan daur ulang limbah elektronik. 

Pengelolaan limbah elektronik yang informal melibatkan individu atau kelompok yang melakukan kegiatan pembongkaran, pemisahan, atau penjualan limbah elektronik tanpa izin dan standar. 

Pengelolaan limbah elektronik yang formal maupun informal perlu ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya agar dapat menghasilkan produk daur ulang yang berkualitas, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan.

Limbah elektronik (Dok Pribadi)
Limbah elektronik (Dok Pribadi)

5. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara negara-negara dalam pengelolaan limbah elektronik, khususnya dalam hal pengawasan, regulasi, dan transfer teknologi.                    

Kerjasama dan koordinasi antara negara-negara dapat membantu mengatasi masalah perdagangan limbah elektronik yang ilegal, yang seringkali melibatkan negara-negara berkembang sebagai tujuan akhir. 

Kerja sama dan koordinasi antara negara-negara juga dapat membantu meningkatkan akses dan kapasitas negara-negara berkembang dalam pengelolaan limbah elektronik yang ramah lingkungan.

Limbah elektronik merupakan masalah global yang membutuhkan tindakan yang serius. Limbah elektronik tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga mengandung bahan berbahaya yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan keanekaragaman hayati. 

Untuk mengurangi dampak negatif limbah elektronik terhadap biodiversitas, diperlukan solusi dan penanganan yang melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, produsen, konsumen, maupun pengelola limbah. 

Penanganan limbah elektronik menerapkan prinsip 3R (Dok. Pribadi)
Penanganan limbah elektronik menerapkan prinsip 3R (Dok. Pribadi)

Beberapa solusi dan penanganan yang dapat dilakukan adalah menerapkan prinsip 3R, meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat, mendorong penerapan EPR, meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan limbah elektronik, dan meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara negara-negara. 

Dengan demikian, limbah elektronik dapat diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat, serta dapat menjaga kelestarian lingkungan dan biodiversitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun