Dengan 73 persen wilayahnya berupa lautan, Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan yang besar. Data Sekretariat Negara tahun 2022 mencatat bahwa ada 147 kabupaten/kota di wilayah pesisir dengan 1.3 juta penduduk miskin, termasuk nelayan dalam kategori desa miskin ekstrem.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia dapat menjadi penyumbang utama kebutuhan pangan dunia, terutama dengan proyeksi bahwa dua pertiga konsumsi pangan pada tahun 2030 akan berasal dari sektor perikanan.
Badan Organisasi Pangan Dunia (FAO) memperkirakan permintaan ikan akan mencapai 70 persen di wilayah Asia Tenggara, Asia Selatan, Tiongkok, dan Jepang.Â
Dalam konteks ini, sektor perikanan di Indonesia diprediksi akan mendapatkan manfaat besar dari meningkatnya permintaan pasar global.
Untuk membangun fondasi kuat dalam optimalisasi ekonomi kelautan, Indonesia perlu fokus pada pembangunan infrastruktur fisik dan non-fisik.Â
Konsep ekonomi biru, yang menekankan pemanfaatan sumber daya laut dengan berwawasan lingkungan, menjadi kunci optimalisasi ekonomi kelautan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, serta menjaga keberlanjutan ekosistem laut.
Konsep ekonomi biru bukan hanya sebatas sektor perikanan, melainkan juga mencakup potensi lain seperti energi terbarukan, transportasi air, pengelolaan limbah pariwisata, dan mitigasi perubahan iklim. Dengan memanfaatkan berbagai aspek ini, Indonesia dapat memaksimalkan potensi optimalisasi ekonomi kelautan untuk kesejahteraan masyarakat.