Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Bendera Merah Putih Setengah Tiang: Mengenang Kekejaman PKI"

30 September 2023   13:05 Diperbarui: 30 September 2023   13:12 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monumen Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)

Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sejarah, memancarkan cahaya terang dalam perjalanan panjangnya menuju kemerdekaan. Di tengah gemerlapnya sejarah ini, Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya hadir sebagai penanda dan pengawet peristiwa bersejarah yang membentuk bangsa ini.

 

Lebih dari sekadar sebuah bangunan bersejarah, Monumen Pancasila Sakti merupakan sebuah jendela yang menghadirkan ingatan mengenai perjuangan, pengorbanan, dan nilai-nilai yang membentuk dasar negara Indonesia.

Monumen Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)
Monumen Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)

Di Museum Pancasila Sakti yang terletak di Lubang Buaya, Jakarta, terdapat satu peringatan yang mendalam akan masa lalu kelam Indonesia yang tak boleh dilupakan. Tempat ini menjadi saksi bisu dari pernik keganasan dan kezaliman Partai Komunis Indonesia (PKI) yang tercatat dengan baik dalam sejarah kita.

Diorama Museum Monumen Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)
Diorama Museum Monumen Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)

Ketika kita memasuki museum ini, kita segera diberikan gambaran tentang penderitaan yang tak terbayangkan yang dialami oleh orang-orang Indonesia pada masa itu. Darah yang bercucuran, senapan yang menggema, jenderal yang dianiaya secara tak manusiawi, bahkan anak-anak kecil yang menjadi korban tembak adalah pemandangan yang menyayat hati di antara dokumentasi yang ada. Semua ini menggambarkan kekejaman PKI yang telah merobek jiwa bangsa ini pada tahun 1965.

Mengapa kita, sebagai bangsa yang mencintai perdamaian dan keadilan, harus mengenang kekejaman ini dengan menaikkan bendera setengah tiang?

 Jawabannya sederhana, agar kita tidak melupakan. Penghormatan ini adalah pengingat penting bagi kita semua tentang betapa berharganya kebebasan, perdamaian, dan kedamaian yang kita nikmati saat ini.

Latar belakang dari penghormatan dengan menaikkan bendera setengah tiang untuk mengenang kekejaman PKI memiliki akar dalam sejarah Indonesia yang tragis. Ini terkait erat dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1965, yang menjadi titik balik penting dalam sejarah modern Indonesia. Berikut adalah latar belakangnya:

Foto dan dokumen Letjen. (Anumerta) MT. Haryono di Museum Monumen Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)
Foto dan dokumen Letjen. (Anumerta) MT. Haryono di Museum Monumen Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)

1. Kekejaman PKI pada 1965: Pada tahun 1965, terjadi kudeta militer yang dipimpin oleh Jenderal Suharto, yang menggulingkan Presiden Sukarno. Peristiwa ini dipicu oleh serangkaian peristiwa yang melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI), yang saat itu merupakan partai terbesar di Indonesia. Kudeta ini diikuti oleh serangkaian pembunuhan massal, penyiksaan, dan penghilangan paksa yang dilakukan terhadap anggota PKI dan simpatisannya.

2. Korban yang Tak Terhitung: Jumlah korban dari kekejaman ini sangat sulit dihitung secara pasti, tetapi perkiraan menyebutkan bahwa ribuan hingga jutaan orang tewas atau menghilang selama periode tersebut. Banyak di antara mereka adalah orang-orang yang tidak terlibat dalam konflik politik tersebut, termasuk orang-orang biasa yang menjadi korban.

Museum Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)
Museum Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)

3. Pancasila Sakti, Lubang Buaya: Museum Pancasila Sakti di Lubang Buaya adalah tempat di mana sejumlah jenderal yang menjadi korban pembunuhan pada tahun 1965 ditemukan. Ini menjadi simbol dari kekejaman yang terjadi saat itu dan tempat di mana sejarah kelam ini diabadikan.

4. Pentingnya Pengenangan: Menaikkan bendera setengah tiang adalah salah satu cara untuk mengenang dan menghormati para korban serta untuk mengingatkan generasi muda tentang peristiwa bersejarah ini. Ini juga merupakan pengingat tentang pentingnya menjaga persatuan, perdamaian, dan keadilan di negara ini.

Museum Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)
Museum Pancasila Sakti (Dok. Pribadi)

Mengenang kekejaman PKI adalah bagian penting dari proses rekonsiliasi nasional di Indonesia. Ini adalah cara untuk memberikan penghormatan kepada mereka yang menjadi korban dan untuk memastikan bahwa pelanggaran hak asasi manusia semacam itu tidak terulang kembali. Bendera setengah tiang adalah simbol penghormatan dan komitmen untuk menjaga kedamaian dan keadilan di Indonesia.

Menaikkan bendera setengah tiang hari ini adalah tanda penghormatan kepada ribuan korban yang tidak bersalah yang menjadi korban kekejaman PKI. 

Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang pantas dihormati dan dikenang oleh kita semua. Kita harus terus mengenang mereka dan belajar dari masa lalu agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sebagai bangsa yang maju, kita telah melangkah jauh sejak saat itu. Kita telah menemukan kedamaian dan stabilitas dalam persatuan kita sebagai bangsa. Namun, kita juga harus selalu ingat bahwa perdamaian ini tidak datang begitu saja; itu adalah hasil dari pengorbanan dan perjuangan banyak orang yang telah menjadi korban pada masa lalu.

Mengenang kekejaman PKI dengan mengibarkan bendera setengah tiang adalah penghormatan kita kepada mereka, serta komitmen kita untuk menjaga kedamaian dan keadilan di negeri ini. Mari kita jaga persatuan dan kebhinekaan kita, dan mari kita selalu berdiri bersama untuk mencegah kejahatan yang serupa terjadi di masa depan.

Sebagai bangsa yang telah mengalami masa lalu yang penuh penderitaan, kita memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga agar sejarah ini tidak terlupakan. Bendera setengah tiang adalah pengingat akan kekejaman masa lalu yang tidak boleh kita abaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun