Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasianer Terpopuler 2024, Pemerhati Lingkungan.

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terselubung dalam Stereotip: Menggali Dampak Negatif dari Ageisme

15 Agustus 2023   00:00 Diperbarui: 15 Agustus 2023   00:10 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Usia, suatu hal yang alami dan tak terhindarkan, kerap menjadi dasar bagi praktik-praktik diskriminatif yang merugikan. Fenomena ini dikenal sebagai ageisme, bentuk diskriminasi yang berakar pada usia seseorang.

Diskriminasi tidak hanya berlangsung pada dasar etnis atau jenis kelamin, tetapi juga pada faktor usia. Ageisme, yaitu praktik diskriminatif berdasarkan usia, telah merasuki berbagai aspek kehidupan sehari-hari, meskipun sering kali tidak terlihat sejelas bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Dampak buruk yang dihasilkan oleh ageisme berdampak luas, baik pada individu maupun masyarakat secara keseluruhan.

Ageisme bukanlah hal yang baru, tetapi saat ini perbincangannya semakin meruncing seiring dengan munculnya permasalahan baru dalam kaitannya dengan perpanjangan usia hidup, tantangan ekonomi, dan peluang-peluang yang berubah. 

Seringkali, diskriminasi berdasarkan usia dapat ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari dunia kerja hingga sektor kesehatan, dan bahkan dalam interaksi sehari-hari.

1. Mengurangi Peluang dan Akses

Salah satu dampak paling terlihat dari ageisme adalah berkurangnya peluang dan akses bagi individu berusia lebih tua. Di dunia kerja, misalnya, pencari kerja yang lebih tua mungkin dianggap kurang mampu untuk belajar teknologi baru atau kurang berenergi dibandingkan dengan rekan-rekan yang lebih muda. Akibatnya, peluang promosi atau pelatihan tambahan bisa menjadi terbatas.

2. Gangguan pada Kesejahteraan Psikologis

Diskriminasi berbasis usia dapat merusak kesejahteraan psikologis individu yang terkena dampaknya. Dengan diabaikan atau dianggap tidak relevan, individu yang lebih tua bisa merasa terisolasi dan merendahkan diri. Ini bisa menyebabkan penurunan harga diri, depresi, dan bahkan isolasi sosial.

3. Kerugian dalam Pemanfaatan Potensi

Ageisme juga menghambat masyarakat dalam memanfaatkan potensi dan pengalaman luas yang dimiliki oleh generasi yang lebih tua. Stereotip yang mengatakan bahwa inovasi hanya datang dari generasi muda bisa merugikan perkembangan yang lebih baik. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama bertahun-tahun dapat memberikan kontribusi berharga dalam berbagai bidang.

4. Merusak Citra Generasi Muda

Selain merugikan generasi yang lebih tua, ageisme juga dapat merusak citra generasi muda. Terjebak dalam pandangan bahwa generasi muda lebih berenergi atau lebih inovatif dapat mengabaikan kualitas unik yang dimiliki oleh masing-masing kelompok usia. Hal ini juga dapat menciptakan konflik dan ketidaksetaraan di tempat kerja atau dalam interaksi sosial.

5. Tidak Sejalan dengan Nilai Kemanusiaan

Praktik ageisme tidak sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mengedepankan persamaan dan penghargaan terhadap martabat setiap individu. Setiap orang, tanpa memandang usia, memiliki kontribusi berharga untuk diberikan kepada masyarakat.

Menghadapi Ageisme dengan Kesadaran dan Inklusi

Mengatasi ageisme memerlukan kesadaran dan tindakan bersama. Dengan meningkatkan pemahaman mengenai nilai dan potensi yang dimiliki oleh individu dari berbagai kelompok usia, kita bisa menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan adil. Menyadari bahwa usia hanyalah satu aspek dari identitas seseorang adalah langkah pertama dalam memerangi praktik diskriminatif ini.

Dari penurunan peluang hingga konsekuensi psikologis, ageisme memiliki efek yang lebih dalam daripada yang mungkin kita sadari. Lebih penting lagi, kita akan merenung mengenai langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi praktik-praktik ageisme ini, membentuk masyarakat yang inklusif dan setara bagi semua lapisan usia. 

Dengan demikian, kita dapat melangkah menuju suatu dunia di mana individu dihargai tidak hanya berdasarkan angka, tetapi oleh kualitas dan kontribusi mereka terhadap masyarakat yang lebih besar.

Dengan menghilangkan ageisme, kita dapat mewujudkan masyarakat yang lebih bermakna, di mana individu dari semua usia dihargai dan diberi peluang yang setara untuk berkembang dan berkontribusi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun