Mohon tunggu...
Jandris Slamat Tambatua
Jandris Slamat Tambatua Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengatasi Tantangan Guru Honorer: Membangun Solusi untuk Masa Depan Pendidikan

14 Juli 2023   22:08 Diperbarui: 15 Juli 2023   05:38 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HUT Persatuan Guru Republik Indonesia (Dok Pribadi)

Di balik sorotan yang terus meningkat terhadap sistem pendidikan, sekelompok pahlawan tanpa jasa hingga kini masih berjuang dalam bayang-bayang ketidakpastian: guru honorer. 

Mereka adalah individu yang dengan semangat yang tak tergoyahkan, dengan sumber daya yang terbatas, dan sering kali dengan penghargaan yang minim, memegang tanggung jawab besar dalam membentuk masa depan pendidikan kita.

Namun, tantangan yang dihadapi oleh guru honorer terus menjadi permasalahan yang belum terselesaikan. Meskipun telah disadari keberadaan mereka sebagai aset berharga dalam dunia pendidikan, banyak guru honorer masih terjebak dalam status tidak tetap, upah yang rendah, serta minimnya jaminan sosial dan tunjangan lainnya. Masalah honorer yang belum terselesaikan hingga saat ini melibatkan berbagai faktor kompleks. 

Beberapa alasan mengapa persoalan honorer masih belum teratasi adalah:

1. Kualitas SDM: Beberapa honorer mungkin tidak memenuhi standar kualifikasi atau kompetensi yang diperlukan untuk mendapatkan status pegawai negeri. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya akses terhadap pendidikan formal atau kurangnya kesempatan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan keterampilan yang diperlukan.

2. Sistem pengelolaan SDM: Sistem pengelolaan SDM yang tidak efisien, rumit, dan rentan terhadap korupsi dapat menyebabkan ketidakadilan dalam pengangkatan dan pengakuan status honorer. Proses perekrutan dan penilaian kinerja yang tidak transparan dapat menghambat kemajuan dalam menyelesaikan persoalan honorer.

3. Kurangnya anggaran: Banyak pemerintah daerah atau lembaga publik tidak memiliki cukup anggaran untuk mengangkat honorer menjadi pegawai tetap. Keterbatasan anggaran menyulitkan pemerintah untuk mengatasi persoalan ini secara cepat dan menyeluruh.

4. Kurangnya koordinasi antarinstansi: Tidak adanya koordinasi yang efektif antara pemerintah pusat dan daerah, serta antarinstansi terkait, dapat menyebabkan kesulitan dalam menyusun kebijakan yang konsisten dan solutif dalam menangani persoalan honorer.

Untuk memberikan solusi yang tepat bagi para honorer, beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

1. Reformasi sistem pengelolaan SDM: Diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan transparansi, objektivitas, dan akuntabilitas dalam proses perekrutan, penilaian, dan pengangkatan honorer. Proses ini harus didasarkan pada standar kualifikasi yang jelas dan adil, serta meminimalkan peluang korupsi.

2. Peningkatan akses terhadap pendidikan dan pelatihan: Para honorer perlu diberikan kesempatan untuk meningkatkan kualifikasi dan keterampilan mereka melalui program pendidikan dan pelatihan yang relevan. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan status pegawai tetap.

3. Pengalihan anggaran yang memadai: Pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang memadai untuk mengatasi persoalan honorer, baik dalam bentuk peningkatan gaji, tunjangan, maupun pengangkatan honorer menjadi pegawai tetap. Ini akan membutuhkan komitmen dan prioritas yang jelas dari pemerintah.

4. Koordinasi yang efektif: Pemerintah pusat dan daerah perlu bekerja sama secara sinergis untuk menyelesaikan persoalan honorer. Koordinasi yang lebih baik antarinstansi terkait juga penting untuk menghindari tumpang tindih kebijakan dan memastikan implementasi yang efektif dari solusi yang diusulkan.

Dalam menangani tantangan ini, langkah-langkah solutif perlu dibangun untuk memastikan masa depan pendidikan yang lebih baik. Pertama, diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pengembangan yang komprehensif. Guru honorer harus diberikan kesempatan untuk mengakses program pelatihan yang relevan guna meningkatkan kompetensi mereka dalam mengajar dan mengelola kelas.

Selain itu, penting untuk merumuskan kebijakan pengangkatan guru honorer menjadi pegawai tetap dengan proses yang transparan dan objektif. Ini akan memberikan kepastian kerja yang lebih baik dan mengurangi ketidakadilan yang sering dialami oleh guru honorer.

Sistem pengelolaan sumber daya manusia di sektor pendidikan juga perlu diperbarui. Perlu ada upaya untuk memperbaiki pengelolaan dan penilaian kinerja guru, sehingga pengakuan dan penghargaan dapat diberikan dengan adil. Sistem ini harus didasarkan pada kriteria yang jelas dan objektif, serta harus menjaga keadilan dan menghindari praktik nepotisme atau korupsi.

Di sisi keuangan, pemerintah harus mengalokasikan anggaran yang memadai untuk meningkatkan status dan kesejahteraan guru honorer. Gaji yang layak, jaminan sosial, serta tunjangan dan fasilitas lainnya perlu diperhatikan agar guru honorer dapat menjalankan tugas mereka dengan semangat dan profesionalisme yang tinggi.

Namun, mencari solusi yang efektif tidak akan mungkin tanpa adanya koordinasi dan kerja sama yang baik antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan para pemangku kepentingan terkait lainnya. Diperlukan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk membangun solusi yang berkelanjutan bagi guru honorer dan masa depan pendidikan.

Melangkah maju untuk mengatasi tantangan guru honorer adalah investasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Dengan memberikan pengakuan yang pantas dan perlindungan yang layak bagi guru honorer, kita membangun fondasi yang kuat untuk mencapai masa depan pendidikan yang lebih baik, yang melibatkan semua anak didik dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk meraih potensi penuh mereka.

Penting untuk diingat bahwa penyelesaian masalah honorer adalah proses yang kompleks dan membutuhkan komitmen jangka panjang dari pemerintah dan stakeholder terkait.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun