Pohon hayat atau juga dikenal dengan nama pohon kalpataru merupakan lambang dari kehidupan.Â
Pohon hayat memiliki nama lain seperti pohon bodhi dan pohon waringin (beringin) yang bermakna pohon pelindung dan penghidupan. Kata waringin berasal dari kata ingin yang mendapat awalan war. Sejak masa prasejarah, pohon hayat menjadi pohon yang dikeramatkan bagi paham animisme dan dinamisme. Pohon ini juga menjadi pohon penting saat masa Hindu-Buddha.Â
Pohon hayat disebut sebagai pohon kalpataru. Umat Hindu pada masa itu percaya bahwa pohon hayat merupakan pohon surga dan wujudnya dapat diamati dengan panca indera dan berupa pohon emas.Â
Dalam mitologi Hindu, pohon ini mencerminkan suatu tatanan lingkungan yang serasi dan seimbang serta merupakan tatanan yang menggambarkan keserasian hutan, tanah, air, udara, dan makhluk hidup. Sementara umat Buddha, menyebut pohon hayat sebagai pohon badhi yang dihubungkan dengan pencerahan yang diterima oleh Pangeran Sidharta.Â
Pohon Hayat adalah icon logo Ibu Kota Nusantara (IKN).
Pohon Kalpataru, juga dikenal sebagai Kalpavriksha dalam mitologi Hindu, adalah salah satu simbol suci yang memiliki makna mendalam dalam budaya dan tradisi India. Narasi lengkap mengenai pohon Kalpataru mengungkapkan keajaiban dan kekuatan yang terkait dengannya.
Menurut mitologi Hindu, pohon Kalpataru adalah pohon suci yang tumbuh di Surga. Dalam bahasa Sanskerta, "Kalpataru" secara harfiah berarti "pohon yang memenuhi semua keinginan".Â
Dikatakan bahwa pohon ini memiliki kemampuan untuk memenuhi keinginan-keinginan manusia dan memberikan kekayaan, kebahagiaan, serta kesuburan.
Pohon Kalpataru digambarkan memiliki cabang-cabang yang meluas dengan dedaunan hijau yang subur.Â
Daun-daunnya yang lebat memberikan perlindungan dan keteduhan yang menyegarkan. Dikatakan bahwa setiap bagian dari pohon ini memiliki kekuatan penyembuhan dan energi yang menghidupkan.
Dalam mitologi Hindu, pohon Kalpataru diyakini sebagai tempat yang disucikan oleh para dewa dan dihuni oleh roh-roh suci. Legenda mengisahkan bahwa ketika dewa-dewa dan raksasa-raksasa bersatu untuk mencari Ramayana, mereka bertemu di bawah pohon Kalpataru untuk membahas rencana mereka.Â
Pohon ini menyediakan tempat yang nyaman bagi mereka untuk berkumpul dan berdiskusi.
Selain itu, pohon Kalpataru juga dikaitkan dengan dewa Wisnu, salah satu dewa utama dalam agama Hindu.Â
Dalam banyak ikonografi, Wisnu sering digambarkan duduk atau berdiri di bawah pohon Kalpataru, menandakan kedermawanan, dan kemurahan hatinya. Pohon ini dianggap sebagai sumber kekuatan spiritual dan kebijaksanaan, yang dapat membantu manusia mencapai kedamaian dan kebahagiaan batin.
Pohon Kalpataru juga memiliki pengaruh yang kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat India. Banyak orang meyakini bahwa pohon ini membawa keberuntungan dan melindungi mereka dari energi negatif. Oleh karena itu, mereka sering menanam pohon Kalpataru di pekarangan rumah mereka atau di tempat-tempat suci untuk mendapatkan berkah dan keberuntungan.
Selain simbolisme dan makna keagamaannya, pohon Kalpataru juga memiliki dampak ekologis yang signifikan. Di alam nyata, pohon ini dikenal sebagai pohon Banyan (Ficus benghalensis).Â
Pohon Banyan merupakan salah satu pohon yang sangat besar, dengan akar-akarnya yang menjalar dan membentuk cabang-cabang baru yang akhirnya berkembang menjadi pohon yang mandiri. Pohon Banyan juga memiliki daun-daun yang lebat, yang memberikan lingkungan yang teduh dan nyaman.
Pohon Kalpataru, dengan semua makna dan keajaibannya, menjadi simbol penting dalam budaya India. Ia mengajarkan tentang harapan, kebijaksanaan, kemurahan hati, dan koneksi spiritual dengan alam semesta.Â
Pohon ini tidak hanya melambangkan keinginan manusia untuk kekayaan duniawi, tetapi juga menginspirasi manusia untuk mencapai pertumbuhan dan kebahagiaan spiritual yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H