Era globalisasi memberikan dampak yang menguntungkan dan merugikan. Dampak yang menguntungkan dirasakan ketika kesempatan kerjasama dengan negara-negara asing terbuka seluas-luasnya.
Dampak lain yang merugikan dirasakan ketika ketidakmampuan bersaing dengan negara-negara asing, karena Sumber Daya Manusia (SDM) yang lemah sehingga konsekuensinya akan merugikan bangsa. Akar kelemahan SDM Indonesia ini dapat terlihat melalui wahana pendidikan.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan formal yang diharapkan mampu menjadikan calon tenaga kerja sesuai kebutuhan dunia kerja. Proses pembelajaran di SMK lebih dititikberatkan pada penerapan teori-teori yang telah diberikan melalui kegiatan praktikum.
Merencanakan dan melaksanakan program dengan kondisi di tempat kerja merupakan tugas penting bagi sekolah kejuruan.
Kurikulum SMK harus disusun berdasarkan kebutuhan dunia kerja (demand driven). Penyempurnaan program pemerintah diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan melalui Teaching Factory.
Teaching factory merupakan perpaduan pendekatan pembelajaran yang sudah ada yaitu CBT (Competency Based Training) dan PBT (Production Based Training).
Perpaduan proses pembelajaran ini dititik beratkan pada proses pengembangan kompetensi dan pembelajaran keterampilan yang berdasarkan Standard Operating Procedure sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.
Teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dengan suasana sesungguhnya seperti di industri, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah.
Setiap pembuatan produk pesanan konsumen yang sudah jadi akan dinilai dan diuji terlebih dahulu oleh tim quality control dan assessor baik dari pengelola Teaching Factory sekolah maupun tim dari perusahaan sehingga diharapkan hasil produk sesuai dengan Standard Operating Procedure.
Hambatan dan tantangan dari teaching factory ini adalah pada kegiatan quality control yang dilakukan saat pelaksanaan produksi, karena belum adanya tim assesor yang sesuai seperti di perusahaan atau industri. Kegiatan quality control hanya dilakukan pengecekan oleh pendidik dalam hal ini dilakukan oleh Ketua Program Diklat yang terkait bukan didatangkan teknisi dari perusahaan atau industri.
Mekanisme pelayanan pelanggan Dunia Usaha dan Dunia Industri/ Home Industri dibuat secara sederhana mungkin, dari konsumen mengajukan barang yang akan dibuat/diperbaiki melalui bagian administrasi kemudian setelah terjadi kesepakatan harga antara pengelola dengan konsumen produk pesanan akan dikerjakan oleh tim pelaksana, setelah produk sudah jadi akan dinilai dan diuji oleh tim quality control, jika lolos maka produk akan segera dikirim ke konsumen jika sebaliknya maka akan diperbaiki kembali. Mekanisme tersebut terangkum terangkum dalam bagan sebagai berikut:
Faktor-faktor Pelaksanaan Teaching Factory di SMK belum bisa dikatakan berhasil dalam melaksanakan pembelajaran, hal ini dikarenakan berbagai hal yang menghambat seperti:
1. Sumber Daya Manusia belum profesional. atau pelaksana kegiatan Teaching Factory kurang karena disamping waktu pelaksanaan setelah KBM sehingga para peserta didik, pendidik atau tenaga kependidikan sudah lelah dan juga bersamaan dengan kegiatan lain baik ekstrakurikuler maupun kegiatan di rumah yang lain.
2. Lahan bangunan sekolah yang kurang luas karena lokasi di tengah kota sehingga tidak memungkinkan adanya pelebaran lahan, bahkan untuk ruang kelas pun terkadang rebutan dan tidak tetap.
3. Ketidakpercayaan konsumen kepada tim pelaksana karena sebagian besar pelaksana praktik adalah peserta didik yang ingin belajar dan tidak adanya tim Assesor.
4. Tidak ada rencana produksi karena hanya bergantung pada pesanan dari konsumen, sehingga jika tidak ada pesanan maka tidak ada yang dikerjakan/diproduksi.
5. Ketergantungan produksi pada jumlah pesanan dari konsumen menyebabkan tim pengelola menjadi malas-malasan dan kurang berinovasi dalam menciptakan produk yang lain.
Perlu adanya sosialisai kembali tentang "Penerapan Teaching Factory" di Sekolah Menengah Kejuruan dari Pemerintah atau Dinas Pendidikan dan harus ada perencanaan dalam menerapkan Teaching Factory, serta sebaiknya mulai dengan menumbuhkan kultur budaya kerja pada sumber daya manusia berupa kedisplinan, ketelitian dan kreatifitas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI