Mohon tunggu...
Jandris. S.T
Jandris. S.T Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana MSDM, Pemerhati Lingkungan, Competency Assessor

"Manusia Kerdil Yang Berusaha Mengapai Bintang"

Selanjutnya

Tutup

Financial

Penerapan Business Exit Strategy Terhadap Penilaian Analisis Rugi dan Laba

15 Mei 2023   22:21 Diperbarui: 15 Mei 2023   22:30 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Business exit atau keluar dari bisnis merupakan proses di mana seorang pengusaha mengambil keputusan untuk keluar dari bisnis yang sedang dijalankan. 

Business exit dapat dilakukan karena berbagai alasan, seperti pensiun, perubahan arah bisnis atau keinginan untuk memulai bisnis baru. Keluar dari bisnis bisa berarti menghentikan operasi bisnis seketika, namun bisa juga melibatkan penjualan bisnis kepada pihak lain atau mengalihkan kepemilikan bisnis ke anggota keluarga atau manajemen bisnis.

Exit strategy biasanya dibuat pada awal bisnis berdiri dan diadaptasi sesuai dengan keadaan bisnis. Strategi keluar dari bisnis bisa berupa penjualan bisnis kepada investor, pengambilalihan oleh perusahaan lain, merger dengan bisnis lain atau membubarkan bisnis.

Dalam membuat exit strategy, pemilik bisnis harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kesehatan bisnis, pasar dan potensi keuntungan. Tujuan dari exit strategy adalah untuk memastikan bahwa bisnis dapat keluar dengan lancar dan memberikan hasil yang optimal bagi pemilik bisnis atau pengusaha. Exit strategy juga memungkinkan bisnis untuk memperoleh nilai yang optimal dari penjualan atau transfer kepemilikan bisnis, sehingga pemilik bisnis dapat memanfaatkan hasilnya untuk keperluan pribadi atau investasi bisnis baru.

Menurut beberapa ahli, business exit merupakan salah satu bagian penting dalam siklus hidup bisnis, di mana pemilik bisnis atau pengusaha memutuskan untuk menjual bisnis atau mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain. 

Dalam buku "Business Exit Planning: Options, Value Enhancement and Transaction Management for Business Owners" yang ditulis oleh Les Nemethy, business exit adalah sebuah strategi yang dipersiapkan oleh pemilik bisnis untuk mengoptimalkan nilai bisnis dan mendapatkan hasil yang maksimal dari penjualan atau pengalihan kepemilikan bisnis.

Ahli lainnya, seperti Andrew J. Sherman dalam bukunya yang berjudul "Mergers and Acquisitions from A to Z," mengatakan bahwa business exit adalah sebuah strategi yang dipersiapkan untuk membantu pemilik bisnis mengalihkan kepemilikan bisnis dengan cara yang paling menguntungkan. 

Dalam hal ini, strategi exit harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti kondisi bisnis, pasar, dan potensi keuntungan, sehingga pemilik bisnis dapat keluar dengan lancar dan mendapatkan hasil yang optimal dari penjualan atau transfer kepemilikan bisnis.

Ada dua alasan pelaku bisnis akan menerapkan business exit strategy's. Pertama, Anda ingin memaksimalkan keuntungan pribadi karena bisnis yang dijalani sudah memiliki value yang sangat tinggi. 

Kedua, bisnis yang dijalani mengalami kerugian dan Anda perlu menyelamatkannya untuk mengurangi loss yang sudah dan akan terjadi di masa depan.

Secara teknis, menyatakan kebangkrutan juga menjadi salah satu strategi untuk keluar dari sebuah bisnis. Namun, sebagian besar pelaku bisnis akan menghindari cara yang satu ini untuk keluar dari usaha yang dijalankannya. Bisa dibilang, memutuskan untuk bangkrut merupakan alternatif terakhir yang akan diambil.

Alasan-alasan untuk Meninggalkan Bisnis

Ada beberapa alasan yang dapat mendorong seseorang untuk meninggalkan bisnis, di antaranya:

1. Pensiun: Seorang pengusaha mungkin ingin meninggalkan bisnisnya untuk pensiun dan menikmati waktu luang setelah bertahun-tahun mengelola bisnis.

2. Perubahan arah bisnis: Terkadang pengusaha merasa bahwa bisnis yang dijalankan tidak lagi sesuai dengan tujuan atau minat mereka, sehingga mereka memutuskan untuk meninggalkan bisnis dan mencari peluang bisnis yang baru dan lebih sesuai.

3. Kesehatan: Masalah kesehatan serius, baik bagi pemilik bisnis atau anggota keluarganya, bisa menjadi alasan untuk meninggalkan bisnis.

4. Kehilangan minat atau motivasi: Pengusaha yang kehilangan minat atau motivasi dalam menjalankan bisnisnya mungkin ingin menjual bisnis atau mengalihkan kepemilikan bisnis kepada orang lain.

5. Kebutuhan finansial: Kebutuhan finansial yang mendesak, seperti masalah keuangan atau kebangkrutan, bisa menjadi alasan untuk meninggalkan bisnis.

6. Persaingan yang meningkat: Persaingan yang semakin ketat dari pesaing atau perubahan di pasar bisa membuat pengusaha merasa sulit untuk tetap bersaing, dan mereka memutuskan untuk keluar dari bisnis.

7. Peluang bisnis baru: Ada kalanya pengusaha melihat peluang bisnis baru yang lebih menarik dan memutuskan untuk meninggalkan bisnis saat ini dan beralih ke peluang bisnis yang lebih menarik.

Jika seseorang ingin meninggalkan bisnis, ada banyak pilihan yang tersedia. Mereka dapat menjual bisnis kepada investor atau pengusaha lain, mengalihkan kepemilikan bisnis kepada keluarga atau manajemen bisnis, atau menutup operasi bisnis.

Penting bagi pengusaha untuk memiliki rencana exit strategy yang matang dan dipersiapkan sejak awal, sehingga mereka dapat meninggalkan bisnis dengan lancar dan mendapatkan hasil yang optimal dari penjualan atau transfer kepemilikan bisnis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun